My dream is sleeping now...
Dream? Sleeping? how came?
Yah, saya juga tidak tahu bagaimana mimpi bisa tertidur.
Tapi.... Coba lihat ini dari kacamata seorang sastrawan, atau pujangga (?),
yang bermain-main dengan kata konotasi, arti yang dikiaskan.
Mimpi saya saat ini mungkin bisa dibilang sedang istirahat.
Yah, istirahat dari rutinitasnya yang lumayan panjang dan banyak. Atau mungkin
tidak terlalu.
Saya ingin sekali menendang atau memukul diri saya sendiri
yang terlalu pengecut. LOSER! (maaf tidak terima relawan untuk melakukan ini)
Mengapa? Saya terkadang sering kali tidak tahan dengan
rintangan yang ada saat ini. Sekecil apapun. Jika terkadang saya terlihat
seperti seorang yang saangaattt bersemangat dengan mimipi saya, itu bisa jadi
ketika saya sedang berusaha men-sugesti diri sendiri. Apa? Ketika banyak orang
diluar sana yang begituuu mendukung saya untuk meraih mimpi saya, apa gunanya
jika saya sendiri bersikap pesimis.
Saya, tak berguna bagi mereka. Ucapan motivasi mereka juga
tak guna bagi saya, jika saya terus seperti ini. Apa saya tidak sadar, mereka
itu bukan sekedar memberikan omong kosong atau basa-basi belaka. Mereka
mengeluarkan beberapa kilo kalori ketika mengatakan “Semangat yah, kamu pasti
bisa!” atau mengetik sms yang berisi “Ganbatte Zaky, ayoo semangat!!”, atau
ketika memberi saya selamat saat saya berhasil melewati anak tangga pertama dan mendorong saya untuk
terus menaiki anak tangga selanjutnya. Itu semua mereka lakukan sepenuh hati
dan setulus-tulusnya. Lalu apa saya harus sia-siakan? Silahkan tampar saya!
Jika saya melakukan itu. Sadarkan saya! Sadarkan saya dari ketidakwarasan ini!
Bangunkan saya dari tidur ini!
Mengenai siapa yang tidak mendukung atau menghalangi, saya
harus mengerti bahwa inilah hidup. Apa yang akan membuat hidup seimbang adalah
itu, antonim. Terima >< tolak, turun >< naik, menang ><
kalah.. dsb... Kenapa saya masih tidak bisa menerima semua itu. Kenapa saya
ingin menafikan itu semua. Hanya ingin melihat kemungkinan terbaik atau paling
tidak, lumayan. Saya sangat tidak ingin mengalami hal buruk. Seperti katamu,
Nun (teman saya). Pilihannya hanya ada dua, MENANG atau MENANG. Saya sangat
suka pilihan itu, Sob! :’)
Ahh... saya jadi ingat ketika adik saya, si Fab, sangat
menggemari musik ketika di bangku SMA. Ya, hampir tiap malam dia dan
teman-temannya ke rentalan alat band. Lalu, mengikuti berbagai audisi dan juga
pernah sampai masuk TV (yah?). Hebat, kan? :-)
Kalau saya tidak salah, dia selama ini sempat berganti-ganti
personel dan mengganti nama band. Sekarang sampai di kampusnya, dia masih saja
aktif di bidang ini – musik. Hai, Fab, apa ambisimu begitu kuat saat itu untuk
menjadi musisi? Untuk menjadi seseorang yang bisa menginspirasi orang lain
lewat lagu-lagu dan musik yang kau ciptakan. Untuk menjadi terkenal dan berpengaruh.
Atau itu hanya sekedar pelepasan dan pemuasan hobi. I dont care. Yang jelas,
apa perasaanmu ketika ada sesuatu yang kau rasa menghalangimu, itu yang ingin
kutahu.
Teteh saya, Fit, aduh maaf sampai sekarang saya tidak tahu
apa cita-cita terbesarnya (peace ^^V)
Begini, saya simpulkan saja cita-citanya adalah menjadi juru
masak terkenal dan terhebat. Iya, dia masuk jurusan MIK (catering) memang tidak
sengaja. Tapii... Saya yakin itu adalah takdirnya. Tidak ada yang kebetulan di
dunia ini, semuanya sudah tertulis di takdir. Begitu kata AA Gym waktu ceramah.
Nah, lagipula teteh saya ini setiap hari Minggu memang tidak pernah terlewat
menyaksikan acara Ala Chef dengan pulpen dan kertas di tangannya. Mencatat
secara rinci setiap bahan-bahan dan cara mengolahnya. Ketika dipraktekkan,
wuuiihh enak tenan.. Emang enak... Cocoklah jikalau beliau ini bercita-cita
untuk menjadi penerus Chef Marinka atau the next Farah Quinn, atau bu Siska,
Rudy Choeruddin? Siapa saja. Yang penting masaknnya enak :P
Congrats.. I dont see that you find any obstacles in your
way, sist...
Lalu, kenapa saya ingin menjadi penulis?
Entah! Sumpah saya tidak tahu sejak kapan ada halusinasi
seperti ini. Entah bisikan dari shinigami (?) mana. Tapi saya memutuskan untuk
mengatakan bahwa ini adalah takdir saya. Mungkin. Atau pasti.
Sejak dulu saya tidak bisa menulis suatu cerita pendek
sependek apapun. Tidak bisa. Hasilnya pasti tidak akan jauh lebih bagus dari
tulisan seorang anak TK atau Playgroup. Tidak akan. (silahkan tertawa). Yosh,
jika bukan karena tugas mengarang bahasa Indonesia, saya tidak pernah ada niatan untuk menulis. Itupun
pasti saya hanya menulis cerita berjudul “LIBURAN DI RUMAH NENEK”. Tidak ada
yang lain!
Menginjak SMA, saya pernah sampai menamatkan satu, atau dua?
Ah, sepertinya lebih. Tunggu saya ingat-ingat... Ariel and Sheila, Kado terindah
buat Rei, dan Cerita Anak Jalanan. Ah, tiga cerpen! Itu awal mula saya dapat
menyelesaikan suatu cerita. Tentu saja dengan gaya bahasa yang kaku dan teknik
bercerita yang amatiran (sebenarnya masih sampai sekarang). Lalu dari situ mulai ada bisikan tentang
menjadi seorang penulis walaupun saya belum banyak membaca novel seperti saat
ini. Beranjak kuliah, saya mencoba-coba menulis dan hasilnya seperti yang sudah
diduga .. TIDAK ADA YANG SELESAI. Sampai suatu saat ada dua perlombaan menulis.
Dan akhirnya saya dapat menulis Cerpen yang selesai (Alhamdulillah)
*sujudsyukur*
Well,,,, mimpi saya untuk menjadi seorang penulis semakin
besar. Tapi, maaf mimpi saya yang satu itu sekarang sedang tertidur. Mungkin
istirahat. Bagi yang mau, silahkan doakan agar dia tak bisa bangun lagi. Bagi
yang peduli, boleh tunggu sampai dia bangun dan melanjutkan perjalanan. Mungkin
sebentar lagi, mungkin juga agak lama. I dont know exactly....
Hoooyyy... Saya sudah bilang (dan sudah menobatkan diri
saya) saya ini ‘pemimpi yang keras kepala’
. So, ketika saya pundung dan terlihat menurut untuk tidak
meneruskan cita-cita saya. Jangan kesal kalau tak lama kemudian saya mulai lagi.
Namanya juga keras kepala, gak bisa dibilangin!
My Dream is Sleeping now.... Dont wake it up untill I wake
it up by myself...
Oh noo.... Dont die... My dream... You have to be alive or I
will die too *0*
sekian,catatan saya. Terimakasih yang tiada tara untuk SEMUA
yang sudah dan masih mendukung saya sampai saat ini ^^ *sun jauh*
*penulisnyalarikehutan*
Ttd,
^-Stubborn Dreamer-^
Lari masuk kehutan cari penulisnya~
BalasHapusMana tuh anak, pulang oi pulang. Tuh mimpi nanti karatan di penuhi sarang laba-laba.
Keluar dari zona nyaman, keluar dari zona malas, kalau mau jadi penulis masuk ke zona para penulis, pelajari zona apa saja yang pernah mereka masuki untuk jadi penulis. Persiapan apa saja yang mereka bawa untuk selamat di setiap zona. Sekali-kali masuk zona rumah sakit, nggak apa. Tapi jangan keenakan sama pelayanan suster disana. Ingat bagaimanapun juga rumah sakit tetaplah rumah sakit.
Pecahkan saja gelasnya biar ramai #eee? kayak pernah dengar ^^
Memang terkadang kita butuh insiden untuk bisa sadar dan menggerakkan diri untuk maju. Tapi kenapa tidak kita yang membuat keributan sendiri yang membuat kita berpikir 'bergerak oi, bergerak'. Kasih hadiah pada diri sendiri kalau berhasil berpikir untuk mencoba.
Semangat donk, nggak ada kesuksesan tanpa kegagalan. Nggak ada pembelajaran tanpa kesalahan. Nggak ada semangat tanpa patah arang.
Lagi-lagi apa yang sebenarnya kita butuhkan?
Yang kita butuhkan cuma waktu, waktu yang suatu saat nanti akan menyadarkan kita bahwa mimpi masih menunggu disana. Tapi sampai kapan kita bakal biarkan si mimpi menunggu disana? seminggu? sebulan? atau setahun saja? atau lebih lama?
Saat kita betpikir, besok sajalah. Orang lain sudah menulis ide ceritanya. Saat kita berpikir nanti saja mikirin ini. Orang lain sudah mneyelesaikan satu paragrap. Saat kita berpikir maish ada besok besok dan besok, toh mimpiku bisa ku jaga. Orang lain sudah menyelesaikan cerita mereka. Saat kita berpikir aku mau mulai menyalakan semangat mimpiku lagi. Orang lain sudah menyelesaikan 3 judul baru. saat kita baru mau mengambil pensil. Mereka sudah merancang rencana baru mengajukan diri ke penerbit. Sampai akhirnya kita membeli buku dan cerita mereka di toko buku. Mau sampai kapan alurnya tetap seperti itu.
Asy penuliskan, jadi ubah alur ceritanya sekarang. Mumpung mereka masih nyari pensil untuk nulis.
banyak typo
Hapus#paragraf