To make easy, Click the categories that you want to see^^

Senin, 23 Juli 2012

[Fanfiction] Angel with(out) Wings~ [Chapter II] {IndonesianVersion}


Title                             : Angel with(out) Wings~
Categories                 : Multichapter
Genre                         : Fantasy – Romance – Friendship  
Rating                        : Teenager – PG-15
Theme song              : Angel comes to me – Yabu Kota [Hey! Say! JUMP], Angel’s Wings - Westlife
Author                                    : Rizuki Yamazaki Asy-Syauqie a.k.a Zakiyah
Cast[s]                        :
  1. Yamada Ryosuke [Hey! Say! JUMP]
  2. Hey! Say! JUMP members
  3. Shida Mirai
  4. Amakusa Ryuu (Original character)
  5. Dachi (Original Character)
  6. Nyonya Lin (Original character)
Disclaimer! : All casts are not mine. The story is mine.
Synopsis: When a fairy flies down to the earth and falls in love...

<-->

Chapter Two: Finally, I live in the earth

Tok! Tok! Tok!

Tak lama sang pemilik rumah membukakan pintu.

“Selamat pagi, Nyonya Lin,” sapa gadis itu.

“Ah, Mirai. Selamat pagi,” wanita separuh baya itu menyunggingkan senyumnya ramah.

“Eh, Mirai?” Ryo berbisik dalam hati. “Jadi nama gadis ini Mirai? Bukankah Yang Mulia Ratu menyuruhku untuk menemui gadis bernama Mirai? Jadi...??”

“Nyonya Lin, dia ingin bertemu dengan Nyonya,”

Ryo masih melongo memperhatikan Mirai.

“Hei,” Mirai mengibaskan tangan di depan wajah Ryo. “Ini Nyonya Lin,”

“Ah, ya. Saya Yamada Ryosuke,” Ryo membungkukkan badannya, memberi salam. Nyonya Lin balas membungkukkan badan sambil tetap mempertahankan senyumannya.

“Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu. Mari, Nyonya,” Mirai menunduk dan kemudian melangkah pergi meninggalkan Ryo dan Nyonya Lin.

“Silahkan masuk,” Nyonya Lin membuka pintunya lebih lebar dan memberikan isyarat agar Ryo segera masuk.

“Ah, terima kasih,”

“Duduklah, saya buatkan minum dulu,”

“Ah, tidak usah Nyonya, aku hanya sebentar,”

“Ah,,, baiklah. Ada perlu apa anak muda?”

“Itu, rumah yang kusewa di sana,”

“Oh, kau anak yang mau menyewa rumah yang masih kosong itu? Tapi, kalau aku tidak salah, yang akan menyewa rumah itu namanya Amakusa Ryuu, bukan Yamada Ryosuke,”

“Hhh... Barangkali aku salah masuk rumah. Jadi rumah yang mana yang seharusnya kutempati, Nyonya?”

“Tidak ada lagi, hanya rumah itu yang kosong,”

“Apa?? J.. j.. jadi??”

“Apa kau pernah datang kesini sebelumnya?”

“A.. aku? Sebenarnya belum. Aku disuruh datang kesini oleh ayahku dan dia bilang aku akan menempati salah satu rumah disini. Aku sendiri tidak tahu apa-apa tentang tempat ini,” ujar Ryo berbohong.

“Begitu ya, hmmm...”

“Permisi...” tiba-tiba seseorang dari luar setengah berteriak mengagetkan Ryo dan Nyonya Lin.

“Iya...” Nyonya Lin beranjak dan tergopoh-gopoh membukakan pintu. “Ada apa?”

“Ah, Nyonya, perkenalkan, saya Amakusa Ryuu. Penghuni baru rumah itu,” Ryuu menyalami Nyonya Lin.

“Ah, iya,” Nyonya Lin mengarahkan pandangannya pada Daichi.

“Saya Daichi, temannya Ryuu,” Daichi tersenyum lebar memamerkan gigi putihnya.

“Kau akan menghuni rumah itu juga?”

“Ah, tidak, saya hanya mengantar,”

“Oh,”

“Nyonya, saya kesini ingin meminjam palu. Apa boleh?”

“Ah, iya. Sebentar, saya ambilkan dulu. Masuklah,”

“Baik. Terima kasih, Nyonya,” Ryuu dan Daichi melangkah masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba ia tersentak melihat Ryo yang sudah duduk di sana. “Hey, kau?”

“Kenapa?” tanya Ryo ketus.

“Tidak,” Ryuu duduk di samping Ryo. “Bagaimana? Apa yang dikatakan Nyonya Lin?”

“Apa? Apanya?”

“Ya soal rumah yang akan kau sewa,”

“Eh.. itu...” Ryo gelagapan.

“Ini palunya,” Nyonya Lin tiba-tiba sudah datang dan menyerahkan palu pada Ryuu.

“Terima kasih Nyonya,” Ryuu tersenyum dan menerima palu itu.

“Eh, Amakusa-san, apa Yamada-san ini temanmu?”

“Eh, bukan Nyonya. Kami baru saja bertemu pagi ini,”

Ryo hanya memasang wajah tak peduli ketika tahu mereka sedang membicarakannya.

“Yamada-san, apa ayahmu pernah menemuiku sebelumnya? Maaf, aku sedikit lupa,” tanya Nyonya Lin pada Ryo.

“Eh,, saya rasa... Tidak,”

“Hmm... Bagaimana ya. Tidak ada lagi rumah yang kosong di sini,” Nyonya Lin mencoba memikirkan apa jalan terbaik untuk Ryo. Kali ini Ryo berbalik menghadap Nyonya Lin, dan memohon padanya.

“Nyonya, mohon cek lagi, barangkali ada rumah yang masih kosong. Aku orang asing disini. Aku tidak tahu daerah sini dan aku tidak mengenal siapa-siapa,”

“Ah... Sayang sekali, tapi semua rumah sudah terisi,”
Ryo tampak kecewa.

“Bagaimana kalau kalian tinggal berdua saja, apa kau tidak keberatan, Amakusa-san?”

“APA?!?” ujar Ryuu dan Ryo bersamaan. Nyonya Lin tersentak dan tubuhnya hampir terhempas ke belakang.

“Eh, maaf..” ujar mereka lagi.

“Tapi Nyonya...” Ryuu berusaha menolak.

“Kasihan Yamada-san, kalau tidak disini dia tidak punya tempat tinggal lagi. Aku mohon kau tidak keberatan, Amakusa-san. Lagipula kalau kalian tinggal berdua, uang sewanya akan lebih ringan, karena kalian patungan berdua, bagaimana?” Nyonya Lin berusaha meyakinkan Ryuu.
Ryuu melirik ke arah Ryo. Ryo melihatnya sebentar kemudian melemparkan pandangan ke arah lain, seperti tidak ingin bertatap mata dengan Ryuu.

“Baiklah, saya setuju. Sekarang terserah anak itu mau atau tidak tinggal denganku,” akhirnya Ryuu mengalah.

“Nah, bagaimana Yamada-san? Tidak apa-apa kau tinggal berdua dengan Amakusa-san?”

Ryo tak segera menjawab pertanyaan Nyonya Lin. Ia berpikir sejenak. “Baiklah,” mau tak mau ia harus menyetujuinya, karena kalau tidak, bisa-bisa ia tinggal di pinggir jalan.

“Ah, syukurlah kalau semuanya sudah setuju. Ya, sekarang silahkan, kalian mau melanjutkan membereskan rumahnya?”

“Ah, iya Nyonya, kami permisi dulu,” Ryuu beranjak dari posisinya, begitupun Daichi, tapi tidak dengan Ryo. Ia tak segera beranjak.

“Hei, ayo. Bantu kami membereskan rumah,” kata Ryuu agak kasar.

“Bisa tidak kalau kau tidak usah berteriak?” Ryo akhirnya berdiri dan segera melangkah keluar.

“Eh, main pergi saja. Dasar tidak sopan!” gerutu Ryuu. “Nyonya, terima kasih, saya pamit dulu,” Ryuu menundukkan badannya, Nyonya Lin membalasnya sambil tersenyum.

<-->

Ryo menyapu lantai dengan ogah-ogahan. Apa-apaan ini? Pikirnya. Di istana langit ia selalu paling malas jika diminta bersih-bersih, tapi sekarang ia harus bersih-bersih.

Setelah selesai, Ryo melemparkan sapunya dan segera berbaring di lantai.

“Hei, awas. Aku sedang mengepel,” bentak Daichi.

“Ahh, mengganggu saja,” gerutu Ryo.

“Kau yang mengganggu! Beres-beresnya belum selesai sudah tidur lagi,”

“Lagipula kenapa aku harus membantu kalian?”

“Eh, apa maksudmu? Tentu saja karena kau juga akan tinggal disini,” Ryuu menyambar kalimat Ryo.

Tiit.. Tiit..

Tiba-tiba ponsel Daichi berdering.

“Ya, halo,”

“...”

“Ah, baiklah, Bu. Aku segera pulang,”

Klik! Daichi menutup flip ponselnya.

“Ryuu, maaf aku harus pulang. Ibu memintaku untuk menjaga toko. Lantainya sudah selesai dipel, kok.” Daichi mengedipkan mata dan mengacungkan ibu jarinya.

“Ah, ya. Tidak apa-apa. Terima kasih sudah datang dan membantu, ya, Daichi.”

“Ya, kalau begitu aku pamit dulu. Sampai jumpa,” Daichi meraih sepedanya dan segera mengayuh meninggalkan tempat itu.

“Sampai jumpa,” Ryuu melambaikan tangan dan memperhatikan sosok bersepeda itu sampai ia menghilang di belokan.

Ryuu masuk ke dalam dan masih mendapati Ryo yang bertahan dengan posisinya – berbaring di lantai. Ia tak menghiraukan anak itu dan segera meraih ranselnya. Ia mengeluarkan sesuatu berbentuk persegi – bingkai foto. Ryuu segera beranjak dan memasang bingkai foto itu di paku yang baru saja ia pasang. Setelah memastikan letaknya sempurna, Ryuu tersenyum, memandang foto itu lekat-lekat. Dalam foto itu ada Ryuu, ayah dan ibunya, dan adik perempuan Ryuu yang masih berusia lima tahun. Mereka tersenyum bahagia di depan sebuah toko kue, toko milik orangtua Ryuu.

“Siapa mereka?” pertanyaan Ryo berhasil mengembalikan Ryuu dari alam bawah sadarnya.

“Eh?” Ryuu menoleh ke arah Ryo yang masih tidur bermalasan di lantai. “Keluargaku,”

“Kau masih punya keluarga, kenapa harus tinggal disini?”

Ryuu tersenyum, ia mengambil posisi di samping Ryo, “Sekolahku sekarang letaknya jauh dari rumahku, harus lima jam ditempuh dengan sepeda. Jadi, ayahku menyarankan agar aku menyewa rumah saja disini, agar lebih dekat dengan sekolahku. Kau sendiri? Dimana keluargamu tinggal?”

“Di langit,” jawab Ryo tanpa pikir panjang.

“Hah? Apa?” Ryuu seperti meminta Ryo untuk mengulangi perkataannya barusan.

“Eh, maksudku... Itu..” Celaka, Ryo keceplosan.

“Sudahlah, maafkan aku. Semoga mereka tenang disana, ya.” Ujar Ryuu kemudian.

Fiuhh! Ryo sedikit lega. Rupanya Ryuu mengira bahwa keluarga Ryo itu sudah meninggal, karena tadi Ryo menjawab kalau keluarganya tinggal di langit.

“Eh, tapi tadi kau bilang, ayahmu yang menyuruhmu datang ke sini,”

“Eh, iya. Memang,” Ryo tampak gugup lagi.

“Lalu dimana ayahmu?”

“Di tempat yang jauh dari sini,”

“Memangnya dari mana asalmu?”  

Ryo tak segera menjawab pertanyaan itu. Mana mungkin ia bilang kalau ia seorang peri dari langit yang sedang dihukum oleh Yang Mulia Ratu dan diturunkan ke bumi. Pasti Ryuu akan tertawa dan menganggapnya orang gila.

“Sudahlah, tidak penting kau tahu,” akhirnya jawaban itu yang keluar dari mulut Ryo. Ia membalikkan badannya. “Aku ingin tidur,”

“Eehh... Jangan tidur dulu... Kita belum belanja untuk makan siang...” Ryuu menggoyangkan bahu Ryo.

“Ahh, kau saja yang belanja sendiri,”

“Hei, apa-apaan kau?! Kita baru saja bicara baik-baik. Sekarang kau sudah mengajakku bertengkar lagi!?”

“Siapa yang mengajakmu bertengkar? Aku hanya minta kamu membeli makanan sendiri,”

“Iya, itu namanya mengajakku bertengkar. Sudah cepat bangun, kita pergi membeli makanan,” Ryuu terus menggoyangkan tubuh Ryo.

“Ahhh... Kau ini menyebalkan sekali,” akhirnya Ryo bangun sambil terus menggerutu.

“Eh, apa kau bilang? Kau yang menyebalkan, tahu? Ya sudah, kalau kau tidak mau ikut, aku sendiri saja, tapi aku tidak akan membeli makanan untukmu. Wlee..” Ryuu menjulurkan lidahnya ke arah Ryo.

“Ah.. Iya, iya aku ikut denganmu, huh.. Eh, kau jangan pakai sepeda, aku kan tidak punya,”

“Iya, tenang saja, kita jalan kaki, ok!”

“Ya, baiklah..”

Mereka berjalan beriringan menuju sebuah restoran.

“Ah, karena ini hari pertama kita di rumah itu, bagaimana kalau kita beli makanan yang sudah jadi saja, jadi kita tidak usah memasak. Lagipula dapurnya belum kubereskan tadi,” tawar Ryuu.

Sejenak Ryo berpikir, apakah makanan di bumi akan cocok dengan perutnya yang terbiasa dengan makanan di kerajaan langit?

“Hei, Ryo?”

“Eh, i.. iya.. Terserah kau saja,”

<-->

Mereka tiba di sebuah restoran sederhana tak jauh dari rumah mereka. Restorannya tak terlalu besar, tapi pengunjungnya cukup ramai.

“Ayo kita pesan. Kau mau makan apa, Ryo?”

“Eh, terserah kau saja,”

“Kau ini! Dari tadi bilang terserah aku,”

“Iya... Memang terserah kau saja. Aku kan tidak tahu di bumi ada makanan apa saja,”

“Hah? Apa katamu?”

“Ti.. tidak... Sudah sana pesan...”

Ryo duduk di kursi yang masih kosong di sudut ruangan, sementara Ryuu mengantri untuk memesan makanan. Matanya menyapu seluruh ruangan, memperhatikan tamu-tamu yang sedang lahap menyantap makan siang mereka. Tiba-tiba matanya tertuju pada seorang gadis berseragam hitam-putih yang sedang melayani tamu. Ia meletakkan hidangan di atas meja sambil terus tersenyum ramah pada tamunya.

“G.. gadis itu...”

Tanpa pikir panjang Ryo segera menghampiri gadis itu dan berkata dengan mantap.

“Selamat siang, Mirai-san. Saya Yamada Ryosuke. Mulai saat ini saya akan menjadi peri penjagamu. Mohon bantuannya,” Ryo menundukkan badannya 90 derajat. 

“Eh?” Mirai yang setengah kaget hanya bisa melongo mendengar perkataan konyol dari laki-laki di hadapannya.

<-->

To be Continued...

4 komentar:

  1. i..ini?
    to be continued lagi??
    ayolaaaahh
    Selesaikan ceritanyaaaa
    ><

    BalasHapus
    Balasan
    1. ehehehe~
      Sabar ya... ^^
      ini di part 3 nya lagi diproses... :)
      tapi kayaknya belum slse d part 4 hehe #gomen *bows

      Hapus
    2. hmmm kk penasaran :)

      lanjutin yah~

      Hapus
    3. ehehe~ ok kak, bntar lgi dipost part 3 nya ^^

      makasih uda baca :)

      Hapus

Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...