Title : My life, My way...[Part II]
Categories : Multichapter
Genre : Family – Angst
Rating : (Maybe) G
Theme song : Numb (normal, instrumen, and piano version) – Linkin Park
Author : Rizuki Yamazaki a.k.a Zakiyah
Cast[s] :
Categories : Multichapter
Genre : Family – Angst
Rating : (Maybe) G
Theme song : Numb (normal, instrumen, and piano version) – Linkin Park
Author : Rizuki Yamazaki a.k.a Zakiyah
Cast[s] :
- Yamada Ryosuke [Hey!Say!JUMP]
- Nakayama Yuma [NYC] (as Yamada Yuma)
- Yamada Umi (OC) – Yamada’s mother
- Yamada Touya (OC) – Yamada’s father
Disclaimer!:Yamada
Umi dan Yamada Touya adalah tokoh fiktif, selebihnya, all Casts adalah tokoh
idola yang sudah terkenal dan saya pinjam untuk memerankan fanfic saya [Meski
tanpa izin. LOL]. Ide cerita hanyalah fiktif/khayalan author belaka. Jika
terdapat kesaaman latar, waktu maupun jalan cerita, maka itu merupakan
ketidaksengajaan [Banyak orang di dunia ini yang memiliki cerita yang sama] .
Alasan lain, author [mungkin] memang [sengaja] mengambil sedikit inspirasi dari
cerita anda [lol]. Terakhir, jika anda menemukan ketidakjelasan di awal, di
tengah, atau di akhir cerita [singkatnya: kalo ceritanya gaje], itu hanya salah
satu aspek ke’amatir’an author [mafhum, masih belajar].
After all, happy reading,
minna [guys]! ^^
***
“Banzaii..(Selamat, Hore)!!”
mereka semua bersulang, mengangkat gelas-gelas berisi cairan berbuih itu
tinggi-tinggi ke udara.Tidak, itu hanya soda, bukan bir.
Trekk...
Gelas-gelas itu saling beradu.
Aku tak punya pilihan lain
selain ikut mengangkat gelasku dan mengadukannya dengan yang lain.
Malam itu ceria sekali.
Lebih tepatnya, meriah.
Nii-chan (kakak) begitu
dinantikan kehadirannya oleh Tou-chan (ayah) dan Kaa-chan (ibu). Mereka tak
pernah tertawa seriang ini ketika Nii-chan masih berada di Melbourne.
Aku memang tidak pernah
membawa kebahagiaan bagi mereka.
Heh..
Senyumku tidak simetris.
Tiba-tiba aku terpikir.
Mungkin ini saatnya...
“Kaa-chan, Tou-chan,
Nii-chan...” aku angkat bicara. Mereka menghentikan keriangan mereka sesaat dan
menoleh ke arahku.
Glek...
Sesaat tak terdengar suara
apapun sampai aku kembali bicara.
“Ano...(ano adalah kata
yang biasa diucapkan orang Jepang ketika sedang ragu-ragu) Aku... i..ngin...
mengatakan... sesuatu...” ucapku terbata-bata seperti seorang terpidana mati
yang sedang melakukan pembelaan di depan hakim.
“Nani? (apa)”seperti biasa
jawaban Kaa-chan sangat singkat. Dan ketus.
Yang lain masih terdiam
menungguku meneruskan kata-kataku.
“Kaa-chan, Tou-chan,
Nii-chan... Sebentar lagi ada pertandingan basket nasional. Aku sudah masuk
timnas, jadi aku harus bertanding.. Ah, demo (tapi), di ujian sekolah nanti aku
janji akan mendapat peringkat pertama.. Dou (bagaimana).. apa aku boleh
bertanding??”peluh terus bercucuran di pelipisku. Padahal aku hanya berhadapan
dengan orang tua dan kakakku. Bukan seekor macan pemangsa.
“Bisa tidak, kau bicarakan
itu nanti. Jangan merusak suasana...”jawaban Kaa-chan tidak seperti yang aku
harapkan.
“Ah.. Sumimasen... (maaf)..”aku
menundukkan kepalaku.
Dan acara terus
berlanjut... Tapi aku rasa aku sudah selesai. Aku beranjak menuju kamarku. Aku
pikir aku tak perlu berlama-lama berada di situ.
Srettt...
Aku membuka pintu kamarku
perlahan. Aku duduk di tempat tidur yang menghadap ke rak yang berisi
piala-piala. Piala-piala yang sudah susah payah aku dapatkan. Tapi kenapa?!
Piala-piala itu tidak bisa menyihir Kaa-chan dan Tou-chan untuk menyukaiku.
Setidaknya, menyukai pialaku.
Aku meraih bingkai foto di
meja belajarku.
Foto itu waktu aku dan
timku memenangkan kompetisi bola basket se-Tokyo.
Lihat! Aku pernah menjadi
yang terbaik se-Tokyo.
Aku bahkan top scorer.
Aku seorang MVP (Most Valuable Player).
Aku.....
Juara....
Tok..tok..tok..
Seseorang mengetuk pintu
kamarku.
“Hai (ya), masuk saja..”
Nii-chan...
Sudah kuduga. Tak mungkin Kaa-chan
atau Tou-chan. Seingatku beberapa tahun yang lalu mereka mengunjungi kamarku,
setelah itu tak pernah lagi.
“What are you doing?
(sedang apa)”
“Nothing (tidak ada).” Aku
menggeleng. “Nani desu ka? (Ada apa)”
“Haha, apa tidak boleh aku
mengunjungi kamar Otouto (adik laki-laki) ku?”
“Iie..(tidak) bukan begitu.
Tentu saja boleh.”
Nii-chan masuk dan mulai
menyusuri kamarku.
“Sudah lama aku tidak
bermain di kamarmu. Koishii desu ne.. (Kangen ya)”
Aku mengangguk dan
tersenyum.
Nii-chan menuju rak yang
berhiaskan piala-pialaku. Ia memperhatikan deretan piala itu satu per satu.
“Sugoi ne (keren)”
“Iie.. biasa saja.” Aku
menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.”Piala itu tidak berarti
apa-apa. Buktinya Kaa-chan dan Tou-chan saja tidak menyukainya.”
Nii-chan menoleh. Ia
tersenyum. Menghampiriku lalu duduk di sampingku.
“Anata no sugoi ne.. Hontou
ni..(Kamu hebat, sungguh). Aku iri padamu.”
“Eh?”kenapa Nii-chan bicara
begitu.
Iri? Padaku? Mustahil!
Seharusnya aku
yang iri padamu, kataku dalam
hati.
“Dari dulu.. aku sangat
ingin berolahraga sepertimu. Tapi, kau tahu, kan.. jantungku bermasalah. Aku
hanya bisa melakukan olahraga ringan. Padahal aku suka sekali sepak bola.”
Aku menatap Nii-chan
lekat-lekat.
“Mimpiku dulu adalah
menjadi atlet terkenal. Demo, sore wa shikirenai... (tapi, itu tidak mungkin).
Maka aku lebih baik menghabiskan waktu untuk belajar dan memenuhi tuntutan
Tou-chan untuk menjadi dokter seperti dirinya. Aku pikir itu tak apa.... jika aku jadi dokter, aku akan bisa
menemukan obat untuk menyembuhkan penyakitku secara total.”Nii-chan menempelkan tangannya di
dada.
Aku bergeming menatap
Nii-chan. Air mataku hampir saja menetes.
“Yama-chan... Teruskan
perjuanganmu! Kau harus buktikan pada Kaa-chan dan Tou-chan kalau piala-pialamu
itu sangat berharga dan bisa dibanggakan”
“Mereka tidak akan pernah
menyukaiku sebelum aku bisa sepintar dirimu.” Ucapku putus asa.
“Percayalah, suatu saat
mereka akan menyadari bahwa mereka telah menyia-nyiakan segudang bakat dan
prestasimu. Kau harus membuat Kaa-chan dan Tou-chan yakin. Ganbatte
(bersemangatlah)!!” Nii-chan menepuk pundakku sementara tangannya yang lain
mengepal menandakan ia tak main-main menyemangatiku.
“Arigatou, Nii-chan. Hontou
ni arigatou (terima kasih, Kak. Benar-benar terima kasih)...” aku mengangguk
dan tersenyum.
=To be Continued=
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d