To make easy, Click the categories that you want to see^^

Kamis, 24 Mei 2012

[Fanfiction] My life, My way...*Part II* {Indonesian Version}


Title         : My life, My way...[Part II]
Categories    : Multichapter
Genre         :
Family – Angst
Rating        : (Maybe) G
Theme song    :
Numb (normal, instrumen, and piano version) – Linkin Park
Author        : Rizuki Yamazaki a.k.a Zakiyah
Cast[s]       :
  1. Yamada Ryosuke [Hey!Say!JUMP]
  2. Nakayama Yuma [NYC] (as Yamada Yuma)
  3. Yamada Umi (OC) – Yamada’s mother
  4. Yamada Touya (OC) – Yamada’s father
Disclaimer!:Yamada Umi dan Yamada Touya adalah tokoh fiktif, selebihnya, all Casts adalah tokoh idola yang sudah terkenal dan saya pinjam untuk memerankan fanfic saya [Meski tanpa izin. LOL]. Ide cerita hanyalah fiktif/khayalan author belaka. Jika terdapat kesaaman latar, waktu maupun jalan cerita, maka itu merupakan ketidaksengajaan [Banyak orang di dunia ini yang memiliki cerita yang sama] . Alasan lain, author [mungkin] memang [sengaja] mengambil sedikit inspirasi dari cerita anda [lol]. Terakhir, jika anda menemukan ketidakjelasan di awal, di tengah, atau di akhir cerita [singkatnya: kalo ceritanya gaje], itu hanya salah satu aspek ke’amatir’an author [mafhum, masih belajar].
After all, happy reading, minna [guys]! ^^


***

“Banzaii..(Selamat, Hore)!!” mereka semua bersulang, mengangkat gelas-gelas berisi cairan berbuih itu tinggi-tinggi ke udara.Tidak, itu hanya soda, bukan bir.

Trekk...

Gelas-gelas itu saling beradu.
Aku tak punya pilihan lain selain ikut mengangkat gelasku dan mengadukannya dengan yang lain.
Malam itu ceria sekali. Lebih tepatnya, meriah.
Nii-chan (kakak) begitu dinantikan kehadirannya oleh Tou-chan (ayah) dan Kaa-chan (ibu). Mereka tak pernah tertawa seriang ini ketika Nii-chan masih berada di Melbourne.
Aku memang tidak pernah membawa kebahagiaan bagi mereka.
Heh..
Senyumku tidak simetris.
Tiba-tiba aku terpikir. Mungkin ini saatnya...
“Kaa-chan, Tou-chan, Nii-chan...” aku angkat bicara. Mereka menghentikan keriangan mereka sesaat dan menoleh ke arahku. 

Glek...

Sesaat tak terdengar suara apapun sampai aku kembali bicara.
“Ano...(ano adalah kata yang biasa diucapkan orang Jepang ketika sedang ragu-ragu) Aku... i..ngin... mengatakan... sesuatu...” ucapku terbata-bata seperti seorang terpidana mati yang sedang melakukan pembelaan di depan hakim.
“Nani? (apa)”seperti biasa jawaban Kaa-chan sangat singkat. Dan ketus.
Yang lain masih terdiam menungguku meneruskan kata-kataku.
“Kaa-chan, Tou-chan, Nii-chan... Sebentar lagi ada pertandingan basket nasional. Aku sudah masuk timnas, jadi aku harus bertanding.. Ah, demo (tapi), di ujian sekolah nanti aku janji akan mendapat peringkat pertama.. Dou (bagaimana).. apa aku boleh bertanding??”peluh terus bercucuran di pelipisku. Padahal aku hanya berhadapan dengan orang tua dan kakakku. Bukan seekor macan pemangsa.
“Bisa tidak, kau bicarakan itu nanti. Jangan merusak suasana...”jawaban Kaa-chan tidak seperti yang aku harapkan.
“Ah.. Sumimasen... (maaf)..”aku menundukkan kepalaku.
Dan acara terus berlanjut... Tapi aku rasa aku sudah selesai. Aku beranjak menuju kamarku. Aku pikir aku tak perlu berlama-lama berada di situ.

Srettt...

Aku membuka pintu kamarku perlahan. Aku duduk di tempat tidur yang menghadap ke rak yang berisi piala-piala. Piala-piala yang sudah susah payah aku dapatkan. Tapi kenapa?! Piala-piala itu tidak bisa menyihir Kaa-chan dan Tou-chan untuk menyukaiku. Setidaknya, menyukai pialaku.
Aku meraih bingkai foto di meja belajarku.
Foto itu waktu aku dan timku memenangkan kompetisi bola basket se-Tokyo.
Lihat! Aku pernah menjadi yang terbaik se-Tokyo.
Aku bahkan top scorer.
Aku seorang MVP (Most Valuable Player).
Aku.....
Juara....

Tok..tok..tok..

Seseorang mengetuk pintu kamarku.
“Hai (ya), masuk saja..”
Nii-chan...
Sudah kuduga. Tak mungkin Kaa-chan atau Tou-chan. Seingatku beberapa tahun yang lalu mereka mengunjungi kamarku, setelah itu tak pernah lagi.
“What are you doing? (sedang apa)”
“Nothing (tidak ada).” Aku menggeleng. “Nani desu ka? (Ada apa)”
“Haha, apa tidak boleh aku mengunjungi kamar Otouto (adik laki-laki) ku?”
“Iie..(tidak) bukan begitu. Tentu saja boleh.”
Nii-chan masuk dan mulai menyusuri kamarku.
“Sudah lama aku tidak bermain di kamarmu. Koishii desu ne.. (Kangen ya)”
Aku mengangguk dan tersenyum.
Nii-chan menuju rak yang berhiaskan piala-pialaku. Ia memperhatikan deretan piala itu satu per satu.
“Sugoi ne (keren)”
“Iie.. biasa saja.” Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.”Piala itu tidak berarti apa-apa. Buktinya Kaa-chan dan Tou-chan saja tidak menyukainya.”
Nii-chan menoleh. Ia tersenyum. Menghampiriku lalu duduk di sampingku.
“Anata no sugoi ne.. Hontou ni..(Kamu hebat, sungguh). Aku iri padamu.”
“Eh?”kenapa Nii-chan bicara begitu.
Iri? Padaku? Mustahil!
Seharusnya aku yang iri padamu, kataku dalam hati.
“Dari dulu.. aku sangat ingin berolahraga sepertimu. Tapi, kau tahu, kan.. jantungku bermasalah. Aku hanya bisa melakukan olahraga ringan. Padahal aku suka sekali sepak bola.”
Aku menatap Nii-chan lekat-lekat.
“Mimpiku dulu adalah menjadi atlet terkenal. Demo, sore wa shikirenai... (tapi, itu tidak mungkin). Maka aku lebih baik menghabiskan waktu untuk belajar dan memenuhi tuntutan Tou-chan untuk menjadi dokter seperti dirinya. Aku pikir itu tak apa.... jika aku jadi dokter, aku akan bisa menemukan obat untuk menyembuhkan penyakitku secara total.”Nii-chan menempelkan tangannya di dada.
Aku bergeming menatap Nii-chan. Air mataku hampir saja menetes.
“Yama-chan... Teruskan perjuanganmu! Kau harus buktikan pada Kaa-chan dan Tou-chan kalau piala-pialamu itu sangat berharga dan bisa dibanggakan”
“Mereka tidak akan pernah menyukaiku sebelum aku bisa sepintar dirimu.” Ucapku putus asa.
“Percayalah, suatu saat mereka akan menyadari bahwa mereka telah menyia-nyiakan segudang bakat dan prestasimu. Kau harus membuat Kaa-chan dan Tou-chan yakin. Ganbatte (bersemangatlah)!!” Nii-chan menepuk pundakku sementara tangannya yang lain mengepal menandakan ia tak main-main menyemangatiku.
“Arigatou, Nii-chan. Hontou ni arigatou (terima kasih, Kak. Benar-benar terima kasih)...” aku mengangguk dan tersenyum.  

=To be Continued=

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...