To make easy, Click the categories that you want to see^^

Rabu, 03 Oktober 2012

[Fanfiction] Angel with(out) Wings~ [Chapter VI] {IndonesianVersion}




Title                             : Angel with(out) Wings~
Categories                 : Multichapter
Genre                         : Fantasy – Romance – Friendship  
Rating                        : Teenager – PG-15
Theme song              : Angel comes to me – Yabu Kota [Hey! Say! JUMP], Angel’s Wings - Westlife
Author                                    : Rizuki Yamazaki Asy-Syauqie a.k.a Zakiyah Faqoth
Cast[s]                        :

  1. Yamada Ryosuke [Hey! Say! JUMP]
  2. Hey! Say! JUMP members
  3. Shida Mirai
  4. Hongo Kanata
  5. Amakusa Ryuu (Original character)
  6. Daichi (Original Character)
  7. Nyonya Lin (Original character)
  8. Tuan Hiroshi (Original character)
  9. Rizuki (Original character)
Disclaimer! : All casts are not mine. The story is mine.
WARNING!: This is just a story. A fantasy. An imagination. Dont bash me coz my story.
Synopsis/Quote: When a fairy flies down to the earth and falls in love...

<-->

Chapter Six: So Far So Good

Sudah hampir dua minggu Ryo bekerja di restoran itu - Hiroshi Mamiya, gabungan antara nama tuan Hiroshi dan istrinya. Ryo cukup menikmati tugasnya sebagai waiter. Meskipun pada awalnya ia sempat diragukan oleh kepala koki – adik kandung tuan Hiroshi. Itu, tuh, pria gendut yang sempat bersitegang dengan Ryo dan Ryuu waktu itu. Tapi pada akhirnya Ryo bisa menunjukkan bahwa ia dapat diandalkan. Meskipun, terkadang sifat keras kepala dan suka membangkangnya muncul tiba-tiba, tapi itu masih bisa diatasi.

Lalu, bagaimana dengan Ryuu? Tenang saja, Ryo ternyata cukup bijak kali ini. Dia berkata pada Ryuu agar tak usah bekerja dulu, biar Ryo saja yang bekerja. Agar Ryuu bisa fokus pada sekolahnya. Hmm... lumayan. Ternyata keputusan Yang Mulia Ratu untuk menurunkan Ryo ke bumi benar juga. Ryo bisa banyak belajar di sini. Belajar untuk menjadi anak yang baik – lebih tepatnya, peri yang baik. Lihat sendiri, sifat pemalas Ryo berangsur-angsur – sedikit demi sedikit – berkurang.
<-->
Pemandangan serba putih membentang sepanjang mata memandang. Tapi begitu membuka pintu, pemandangan kerlap-kerlip yang akan terlihat. Kerlap-kerlip itu bukan lilin atau lampu, melainkan cahaya bintang. Ya, dari istana langit, bintang-bintang itu tampak jelas terlihat. Suara binatang malam sesekali terdengar. Tawa dan canda riang para peri yang sedang menikmati istirahatnya pun terdengar sayup bersama angin. Begitu damai dan tentram.

“Bagaimana pekerjaanmu hari ini, Kou-chan?” Daiki menghampiri Kouta yang sedang merebahkan badan di atas rerumputan – menikmati cahaya bintang dan bulan yang benderang malam itu.

“Baik, dan selesai tepat pada waktunya. Bagaimana denganmu, Dai-chan?”

“Agak susah, para kepik itu memintaku untuk melukiskan motif hati dan bunga di sayapnya untuk festival nanti. Tapi akhirnya aku bisa menyelesaikannya juga,” Daiki mengembangkan senyuman.

“Ah, baguslah. Duduklah disini Dai-chan, pemandangannya indah, lihatlah!” Kouta menunjuk ke arah barisan bintang yang seakan tersenyum dan berkedip genit ke arah mereka.

Un,” Daiki segera merebahkan badannya di samping Kouta.

“Haaaaiiiii.........” tiba-tiba Kei, si peri ‘cantik’ terbang di antara mereka. “Sedang membicarakan apa?”

“Mau tauu ajaa,” goda Daiki. Kei cemberut, disusul gelakan tawa dari Kouta.

“Kami tidak sedang membicarakan apa-apa, Kei. Hanya bertegur sapa,” sambung Kouta.

“Oh, ya. Eh, ngomong-ngomong. Dua minggu berlalu sejak diturunkannya Ryo ke bumi, istana jadi terasa aman dan nyaman ya? Hahaha,” Kei terbahak.

“Ya, kau benar. Si pengacau itu memang pantas diberi hukuman. Dia selalu kelewatan,” Daiki mantap mengiyakan.

“Kau ingat waktu dia dengan sengaja menumpahkan sirup strawberry di atas karpet yang sudah susah payah kucuci? Heuh.. Dia itu menyebalkan sekali,” ujar Kouta geram – memanggil kembali memorinya waktu dia harus mencuci ulang karpet putih yang super besar itu.

Chinen lewat di antara mereka. Lalu Kei mengajaknya bergabung.

“Ada apa?” tanya Chinen.

“Tidak ada,” jawab Kei. “Duduklah dan mengobrol dengan kami,”

“Maaf, tidak bisa. Aku mau ke taman,”

“Oh, kau janjian dengan Mika-chan, ya?” goda Kei.

“Hah? Tidak, kok,” pipi Chinen bersemu merah. Kepakan sayapnya semakin cepat.

“Haha.. Kau grogi ya, Chii?” Daiki ikut menggoda Chinen.

“Diam. Aku tidak grogi,” sanggah Chinen.

“Tidak grogi, Cuma salah tingkah. Hahaha,” Kouta tak mau kalah menggoda peri mungil yang satu ini.

“Ahh... Kalian bisa diam tidak?!” Chinen benar-benar salah tingkah kali ini. Dia hendak berlalu menuju taman, tapi ia kembali berhenti mengepakkan sayap, kemudian berbalik lagi ke arah tiga peri di belakangnya. “Oh iya, ada pesan dari Yang Mulia Ratu,”

“Pesan apa?” tanya Kei, Kouta dan Daiki bersamaan.

“Yang Mulia Ratu menyuruhku untuk memberitahu peri-peri, bahwa festival kali ini diundur bulan depan,”

“Haahh?? Diundur bulan depan??” Kei, Kouta dan Daiki kembali ber-’paduan suara’. Kaget. Bagaimana mungkin diundur, seharusnya festival dilaksanakan besok sampai lusa – selama dua hari berturut-turut. Festival itu adalah festival tahunan yang rutin diadakan di kerajaan langit. Isinya semacam pentas seni. Para peri – ditemani beberapa burung dan kumbang - menampilkan tarian, drama dan mahakarya lainnya. Ada yang membuat stand semacam bazaar dan pastinya ada banyak makanan di festival itu. Makanan yang berbeda dengan di bumi. Makanan khusus para peri.

“Kau bercanda, Chii?” Daiki bangkit dan menghampiri Chinen.

“Kau bisa tanya sendiri pada Yang Mulia Ratu jika tidak percaya,” jawab Chinen.

“Tapi, apa alasan Yang Mulia Ratu mengundur waktu festival?” Kouta tak kalah penasaran – dan kecewa, lebih tepatnya.
“Karena Ryo masih menjalani hukumannya. Yang Mulia Ratu bilang, sangat tidak adil jika kita disini merayakan festival itu tanpa Ryo,”

“Aah?? Namanya juga dihukum. Itu sudah konsekuensinya jika dia tidak bisa bergabung,” Kei mengerucutkan bibirnya dan melipat tangan di depan dada.

“Bagaimanapun, kita harus solider,” Chinen menepuk bahu sahabatnya itu dan tersenyum manis sekali. Tapi kemudian raut wajahnya berubah muram. “Terkadang aku menyesal juga, sudah melaporkan Ryo pada Yang Mulia Ratu. Bagaimanapun, dia itu temanku,” Chinen menggeleng-gelengkan kepala.

“Kau menyesal sudah melaporkan Ryo?” Daiki bertanya setengah kaget.

Un,” Chinen mengangguk. “Apa kau bisa membayangkan, hidup di dunia yang asing bagi kita. Sendirian. Dan tak kenal siapa-siapa. Tidak tahu apakah tempat itu aman atau tidak. Dan kita harus tinggal disana lama sekali. Ryo pasti tersiksa,” jelas tergambar kekhawatiran di raut wajah Chinen.

“Lalu kenapa kau mendukung Yang Mulia Ratu menghukum Ryo?”

“Aku kira hukumannya tidak seperti ini. Aku tidak membayangkan kalau Ryo akan diturunkan ke bumi. Ke tempat yang benar-benar asing. Tanpa memiliki kekuatan peri yang dimilikinya disini. Ryo benar-benar berjuang sendirian disana,”

“Sudahlah, jika Yang Mulia Ratu melakukan ini, sudah pasti ini yang terbaik untuk Ryo. Yang Mulia Ratu pasti sudah tahu keadaan di bumi, sehingga dia tidak khawatir menurunkan Ryo ke bumi. Bagaimanapun, Ryo memang harus diberi pelajaran. Ini untuk kebaikannya juga, kan? Ditambah lagi, jika festivalnya diundur, kita masih bisa berlatih agar saat festival nanti kita bisa tampil maksimal,” Kouta akhirnya bisa bersikap tenang. Dia memang peri yang paling dewasa diantara peri yang lain. Meskipun, jika sudah dikesalkan oleh makhluk yang bernama  ‘Ryo’, dia bisa bersikap kekanak-kanakkan juga.

“Ya, kau benar, Kou-chan,” Daiki mengangguk. “Mudah-mudahan saat kembali nanti, Ryo benar-benar sudah berubah,”

Di lain tempat, seorang peri dewasa berparas cantik dan keibuan sedang mengawasi mereka melalui bola kristal di hadapannya. Ia tersenyum melihat tingkah mereka.

<-->

“Haa... Haatchuuu...” Ryo menggosok-gosok hidungnya. “Ah, kenapa tiba-tiba aku bersin? Pasti ada yang sedang membicarakan aku,” Ryo nyerocos sendiri.

“Kenapa?” Ryuu yang sedang berkutat dengan PR Matematikanya, memalingkan wajah ke arah Ryo.

“Aku bersin. Pasti ada yang sedang membicarakanku,”

“Haha... Ada-ada saja. Mungkin kau kedinginan,” Ryuu kembali memfokuskan pandangan pada buku latihannya. Ia terlihat menggoreskan pensil dan menuliskan beberapa angka disana. Sesekali ia menghapusnya dan menggantinya dengan angka yang lain.

“Dingin darimana? Kau sendiri kepanasan, kan? Masa aku kedinginan,”

“Kalau begitu, mungkin ada debu yang masuk ke hidungmu,”

“Tidak tahu, ah. Aku haus,” Ryo beranjak ke dapur untuk mengambil minum.

“Sekalian ambilkan aku minum dong, anak baik,”

“Tidak mau,”

“Ih!” Ryuu melemparkan penghapus karet ke arah Ryo. Tentu saja tidak terasa oleh Ryo, “Menyebalkan,” Ryuu mendengus.

Ryo baru saja meneguk air dari gelasnya, belum sampai air itu habis tiba-tiba Ryo mendengar sesuatu. Seperti ada yang mengetuk kaca jendela. Penasaran, Ryo mendekati asal suara dan membuka jendela.

“Ryutaa...” teriaknya kaget. Ryutaro segera membekap mulut Ryo.

“Sssttt...” Ryutaro menempelkan telunjuk ke bibirnya.

“Ada apa kau kemari?” kali ini Ryo agak berbisik.

“Aku ingin tahu keadaanmu,” jawab Ryutaro, pelan sekali.

“Bagaimana kau bisa turun ke bumi?”

“Aku minta izin pada Yang Mulia Ratu,”

“Dan dia mengizinkanmu?”

“Ya, aku sedikit memohon. Eh, mungkin, lebih tepatnya memaksa. Hehe..” Ryutaro terkikik pelan. Berusaha agar suaranya tak terdengar siapapun kecuali Ryo. “Bagaimana kabarmu?”

“Baik. Kau sendiri?”

“Selalu baik. Tapi tanpa ada kau, istana langit sepi sekali,”

“Bohong! Bukannya kalian senang jika aku tidak ada?”

“Anak bodoh! Jika aku senang untuk apa aku repot-repot mengunjungimu kemari?”

“Iya, iya. Aku minta maaf,”

“Apa kau senang tinggal di bumi?”

“Begitulah... Memang banyak yang berbeda dengan istana langit, tapi sejauh ini aku baik-baik saja,”

“Lalu? Bagaimana gadis itu? Kau sudah menemuinya?”

“Ya. Tapi dia sedikit susah diajak bicara,”

Ryutaro mengangguk-angguk. “Oh iya. Aku kesini juga ingin memberitahumu, festival tahunan akan diundur bulan depan. Jadi kau juga masih bisa ikut serta, Ryo,”

“Oh ya? Benarkah? Syukurlah, aku masih punya kesempatan untuk mengacaukan pertunjukkan Dai-chan lagi. Hihii...” Ryo kembali mengingat hari dimana dia membuat jengkel seorang peri bernama Daiki. Waktu Daiki akan mempersembahkan tariannya, tiba-tiba peri pemain musik mendapat masalah. Semua alat musiknya tidak berbunyi – tentu saja itu akal-akalan Ryo. Dan alhasil, Daiki menari tanpa diiringi musik. Sungguh terlihat aneh. Tapi Ryo menyukai itu. Ryo terkikik sendiri mengingat kejadian itu.

Ryutaro memukul kepala Ryo pelan, “Bodoh! Sudah dihukum masih saja berpikir untuk mengacau lagi,”

“Aehehe... Habisnya Dai-chan lucu sekali waktu itu, aku jadi ingin mengulanginya,”

“Jangan sampai kau dihukum untuk kedua kalinya oleh Yang Mulia Ratu,”

“Iya. Iya... Kau ini bawel sekali. Seperti Chinen,”

“Itu juga karena aku peduli padamu. Ryo, sepertinya aku harus pergi lagi. Aku tidak bisa lama-lama disini,”

“Kenapa kau tidak tinggal saja disini bersamaku? Bumi tidak terlalu buruk,”

“Aku ingin, tapi tidak bisa. Aku kan ada kerjaan di istana. Ya sudah, sampai jumpa lagi. Jaga diri baik-baik, ya,” Ryutaro pun menghilang dari hadapan Ryo. Meninggalkan kilauan cahaya seperti kunang-kunang.

“Ryo, kau sedang apa? Lama sekali di dapur?” Ryuu tiba-tiba datang – hendak mengambil penghapus yang tadi dia lemparkan.

Dengan sigap Ryo menutup jendela, “Tidak ada. Aku hanya.... Itu, melihat pemandangan malam. Ya, pemandangan malam. Hehe...” kemudian Ryo berjalan kembali ke ruang tengah. Ryuu masih bengong melihat tingkah Ryo yang kikuk. Penasaran, ia membuka jendela dapur. Tidak ada apa-apa. Ryuu kembali menutup jendela dan melanjutkan PR-nya. Sesekali ia melihat Ryo yang tampak berseri-seri. Ryuu mengerutkan keningnya – heran.

Ryo menggelar matras kemudian membaringkan tubuhnya, “Aku tidur duluan, ya. Belajarlah yang rajin. Selamat malam,”

Ryuu hanya membalasnya dengan anggukan. Tak lama Ryo pun terlelap dan entah bermimpi tentang apa sehingga ia tersenyum dalam tidurnya.
<-->
To be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...