Categories : OneShot
Genre : Family – Romance – General
Rating : [Can be] Teenager or PG-15
Theme song : KAT-TUN - Rescue, with any instrumental music
Author : Rizuki Yamazaki a.k.a Zakiyah
Cast[s] :
- Yamada Ryosuke [Hey!Say!JUMP] as Uzumaki Ryosuke
- Chinen Yuuri [Hey!Say!JUMP]
- Nakajima Yuto [Hey!Say!JUMP]
- Ohgo Suzuka as Uzumaki Suzuka
Disclaimer! : All casts adalah tokoh idola yang saya pinjam untuk memerankan
fanfic saya [Meski tanpa izin >,<]. Ide cerita hanyalah fiktif/khayalan
penulis belaka. Jika terdapat kesamaan latar maupun jalan cerita, maka itu
merupakan ketidaksengajaan.
Note: Jika
anda menemukan ketidakjelasan di awal, di tengah, atau di akhir cerita
[singkatnya: kalo ceritanya gaje], itu hanya salah satu aspek ke’amatir’an author
[mafhum, masih belajar]. After all, happy reading, minna san! ^^
Synopsis:
Semenjak ibu
mereka meninggal dan ayah mereka pergi dengan perempuan lain, Ryosuke merasa
memiki tanggung jawab untuk melindungi kakak perempuan satu-satunya itu.
Melindungi raganya dari bahaya, dan melindungi hatinya dari laki-laki yang
hanya ingin bermain-main dengannya.
#Author’s POV
Sreett~
Suzuka membuka
tirai jendela yang menghadap ke tempat tidur Ryosuke, membuat sinar matahari dengan
bebas menyinari anak yang masih tertidur pulas itu. Mata Ryosuke memicing, merasa
ada cahaya yang menyilaukannya. Kemudian ia mengambil bantal dan menggunakannya
untuk menutupi wajahnya.
“Heh, bangun~!
Mau sampai kapan kau tidur, Ryosuke...” Suzuka menarik selimut yang membungkus
tubuh mungil Ryosuke. Yang bersangkutan menggeliat – berusaha mempertahankan
selimut itu agar tetap melekat di badannya.
“Aahhh~, sebentar
lagi, Nee-chan~ aku masih ngantuk...” jawab Ryosuke malas-malasan.
“Kebiasaan!
Aku tidak mau tahu, cepat bangun atau roti isi dan jus stroberimu akan
kuhabiskan~!” ancam Suzuka.
“Haa~
jangaaan!” Ryosuke mendadak bangun dan segera melompat dari tempat tidurnya.
“Kalau
begitu cepat mandi, aku tunggu di meja makan,” Suzuka tersenyum puas, ia selalu
memenangkan perdebatan dengan adiknya itu dengan ‘senjata roti isi dan jus
stroberi’.
~(^,^)~
Suzuka dan
Ryosuke mengayuh sepedanya santai menuju ke sekolah.
“Nee-chan,”
“Hhmm,”
Suzuka menjawab sambil tetap mengarahkan pandangan ke depan.
“Umm,”
Ryosuke mencoba mempertimbangkan kata-kata yang ingin dia sampaikan. “kau
sangat cantik hari ini,” Ryosuke tersenyum. Akhirnya hanya kata itu yang
meluncur dari mulutnya. Dia membatalkan niatnya untuk menanyakan tentang
Nakajima Yuto – orang yang belakangan ini ia ketahui sedang dekat dengan Suzuka.
Suzuka
tertawa kecil, “Kau ada-ada saja, bukankah aku selalu cantik setiap hari? Haha~”
Ryosuke
ikut tertawa, “Ah~ Ya, tashikanii~” ia mengangguk-angguk.
Ryosuke
mengayuh sepedanya agak pelan sehingga ia sedikit tertinggal di belakang Suzuka.
Ryosuke menatap nanar sosok di hadapannya. Ia sangat khawatir ketika ada
laki-laki yang sedang berusaha mendekati Nee-chan-nya tersayang itu. Ya,
semenjak ibu mereka meninggal dan ayah mereka pergi dengan perempuan lain,
Ryosuke merasa memiki tanggung jawab untuk melindungi kakak perempuan
satu-satunya itu. Melindungi raganya dari bahaya, dan melindungi hatinya dari laki-laki
yang hanya ingin bermain-main dengannya.
Ryosuke
memarkir sepedanya disamping sepeda Suzuka. Suzuka sudah berlari lebih dulu,
“Ryosuke, aku duluan ya~ Kelasku sebentar lagi dimulai,” teriaknya. Ryosuke
hanya mengangguk dan melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah Suzuka.
“Ohayou,”
sapa Chinen seraya menepuk pundak Ryosuke. Ryosuke menoleh dan menjawab dengan
senyumnya, “Ohayou,”
“Mana Suzuka-neechan?”
“Dia sudah
duluan,”
“Oh, oke
kalau begitu, kita juga harus segera ke kelas, ikou~”
“Hai,”
Ryosuke segera menyusul Chinen yang sudah beberapa langkah di depannya. “Chii,
ano~ apa kau tahu Nakajima-senpai?”
“Hhmm, yang
anak band itu ya? Kenapa memangnya?”
“Apa dia orang
baik?”
“Aku tidak
terlalu mengenalnya, tapi menurut beberapa orang dia orang baik. Lagipula dia
belum pernah tercatat di kepolisian gara-gara melakukan kejahatan, tuh” jawab
Chinen asal.
“Baka,”
Ryosuke tertawa mendengar jawaban Chinen. “Kalau tidak salah, dia sekelas
dengan kakakku, dan sekarang mereka sedang dekat,” gumam Ryosuke.
“Iya kalau
mereka sekelas sudah pasti dekat lah,” jawab Chinen sekenanya.
“Kau ini,”
Ryosuke meninju bahu Chinen pelan, “Maksudku, mereka sedang ‘dekat’,” Ryosuke
membuat tanpa kutip di udara dengan kedua telunjuk dan jari tengahnya.
“Ohh~, pacaran
maksudmu?”
“Umm,”
Ryosuke mengangguk, “Aku memang belum tahu mereka sudah pacaran atau belum,
yang aku tahu hanya, mereka sedang dekat,”
“Lalu
kenapa kalau mereka dekat?”
“Aku harus
tahu dulu dia orang baik atau bukan, baru aku izinkan dia dekat-dekat dengan
kakakku,” ujar Ryosuke dengan nada serius, Chinen menanggapinya dengan anggukan.
“Sou ka,”
~(^,^)~
Kali ini
Ryosuke pulang berdua dengan Chinen. Suzuka memberitahunya kalau dia akan
pulang agak telat.
“Chii,
bagaimana kalau kau ke rumahku saja,” tawar Ryosuke.
“Hmm,
bagaimana ya?” Chinen berlagak mikir.
“Ahh
sudahlah jangan sok mikir kaya gitu, ikut saja, kita makan di rumahku,”
“Hhhmm~
baiklah, lagipula kalau kau yang masak, aku tidak akan menolak, haha~”
Chinen sudah
lebih dari tiga jam di rumah Ryosuke. Mereka sudah menghabiskan nasi kari dan
jus stroberi mereka, beberapa cemilan, menggarap beberapa games di komputer
Ryosuke, dan melahap beberapa judul manga, tapi Suzuka belum pulang juga.
Tidak biasanya Suzuka pulang setelat ini. Ryosuke mulai mengkhawatirkannya.
“Jangan-jangan dia pergi dengan Nakajima-senpai,” gumam Ryosuke pelan –
hampir berbisik.
“Hah? Apa
kau mengatakan sesuatu Ryo-chan?” Chinen sejenak melepaskan perhatian
dari manga-nya.
“Iie,”
Ryosuke menggeleng.
“Ah, Ryo-chan,
Aku rasa aku harus segera pulang. Aku tidak memberitahu Kaa-chan akan
pulang telat hari ini.” Chinen beranjak dari posisinya dan meletakkan manga
ke rak nya semula.
“Hah? Kenapa
buru-buru, tinggallah sebentar lagi. Telepon saja Kaa-chan-mu dan beri
tahu kalau kau akan pulang agak sore.” Ryosuke merajuk.
“Ah~ tidak
bisa, aku harus...” ucapan Chinen terputus,
“Tadaima~,”
sapa seseorang dari lantai satu. Akhirnya Suzuka datang.
Ryosuke
segera berlari menuruni tangga, hendak menghampiri Suzuka. Tapi tiba-tiba langkahnya
terhenti ketika melihat seorang pria bertubuh tinggi di samping Suzuka. “Nee~chan...”
sapa Ryosuke ragu. “Darimana?”
Suzuka
tersenyum dan menjawab singkat, “Nonton,”
Ryosuke tak
menanggapi jawaban Suzuka, ia menatap dingin ke arah Yuto – sinis. Yuto
membalasnya dengan senyuman kecil. “Tadi aku mengajak Suzuka nonton dan makan
malam. Mohon maaf sudah membuatmu khawatir,” ujar Yuto seraya menundukkan
badannya. Ia kemudian pamit pulang.
“Nee-chan,
apa kau~”
“Sudah
makan belum?” Suzuka memotong pertanyaan Ryosuke.
“Sudah. Nee-chan,
apa kau pacaran dengan Nakajima-senpai?” tanya Ryosuke serius.
“Memangnya
kenapa?” Suzuka masih mempertahankan ekspresi datarnya.
“Ya,
setidaknya Nee-chan bisa minta izin atau pendapatku dulu jika akan
memilih pacar. Aku akan pastikan dulu dia orang baik atau bukan, baru aku
izinkan kau...”
“Sudahlah
Ryosuke.” Suzuka memotong kalimat Ryosuke lagi. “Yuto itu orang baik. Kau tidak
usah khawatir,”
“Kau juga
mengatakan hal yang sama ketika kau dekat dengan Nakayama-senpai, Yabu-senpai,
dan Arioka-senpai... Nyatanya mereka menyakitimu, kan. Mereka hanya
main-main denganmu,”
Tiba-tiba memori
otak Suzuka memutar ulang rekaman kejadian ketika Ryosuke berkelahi dan menghabisi
ketiga laki-laki itu karena ia mendapati mereka berselingkuh dengan perempuan
lain – di belakang Suzuka. Adiknya itu memang sangat peduli dengannya. Ryosuke
tak mau ada orang yang menyakiti hati Suzuka. Jika ada yang berani, lawanlah sang
master karate ini dan rasakan akibatnya.
“Sudahlah,
aku pastikan Yuto itu orang baik,” ujar Suzuka kemudian.
“Emm, ano,
Sumimasen~ Maaf mengganggu, aku mau izin pulang,” Chinen yang daritadi
menguping pembicaraan mereka merasa tidak enak.
“Ah, Chii~ gomen
aku jadi mengacuhkanmu,” Ryosuke berbalik menatap Chinen.
“Daijoubu.
Aku pulang dulu ya, Ryo-chan. Ja mata,”
~(^,^)~
Hari minggu
yang cerah, tak biasanya Ryosuke terbangun tanpa komando dari kakaknya. Ia
menuruni anak tangga hendak menyiapkan sarapan – hari Minggu giliran Ryosuke
yang memasak. Tapi ia terkejut melihat sarapan sudah siap dan tertata rapi di
atas meja.
“Ha, ohayou.
Makanlah, aku sudah menyiapkannya,” sapa Suzuka. Ia sudah berpakaian rapi –
sepertinya akan pergi.
“Ohayou,”
Ryosuke masih terbengong-bengong memperhatikan Suzuka. “Mau pergi?” tanyanya.
Suzuka hanya mengangguk dan tersenyum sambil terus mengunyah roti isinya.
“Kemana?
Dengan Nakajima-senpai?”
Lagi-lagi
Suzuka hanya mengangguk. Ryosuke merasa putus asa, sepertinya kakaknya ini
memang sudah terkena panah cinta dewa asmara dari Yuto. Dia duduk di hadapan
Suzuka dan meraih rotinya. Menggigit ujungnya, dan mengunyahnya perlahan. Matanya
masih menatap lekat-lekat ke arah Suzuka – penuh kekhawatiran.
Semoga
Nakajima Yuto itu memang benar-benar orang baik, batin
Ryosuke.
Teet~
Bel rumah
mereka berbunyi. Suzuka dengan sigap beranjak dari kursi dan segera membukakan
pintu. “Hei, ohayou~” sapanya riang. Ryosuke sudah tahu pasti yang datang
itu Yuto. “Ayo, masuk dulu, tunggu ya, silahkan duduk,”
“Iya,
terimakasih,” Yuto mengiyakan.
Suzuka
segera pergi ke dapur menyiapkan minuman untuk tamunya. Ryosuke segera ke ruang
tamu menghampiri Yuto,
“Ehm, ohayou,”
sapanya singkat.
Yuto
tersenyum, “Ohayou, Ryosuke,”
Ryosuke
mengambil posisi di samping Yuto, wajahnya agak serius. “Apa kau pacaran dengan
kakakku?” tanyanya to the point.
Yuto hanya
tersenyum, “Menurutmu?”
“Kalian
dekat. Kalau tidak pacaran kenapa makan dan jalan-jalan bersama?”
“Kami teman
sekelas,”
“Aku juga
punya teman sekelas perempuan, tapi tidak kuajak jalan-jalan,”
Yuto
tertawa kecil mendengar kalimat Ryosuke, “Iya, Ryosuke. Aku menyukai kakakmu,”
“Tidak
semudah itu!” sergah Ryosuke tiba-tiba.
“Aku tahu,
kau takut aku orang jahat yang akan menyakiti Suzuka, kan?”
Ryosuke
terdiam, ingin sekali ia berkata ‘Iya, begitu lah’
“Tenang saja,
Ryosuke,” Yuto menepuk pundak Ryosuke. “Aku menyukai Suzuka dan aku tidak akan
menyakitinya,”
“Memang
seharusnya begitu. Jika tidak, kau tahu akan berhadapan dengan siapa,” ancam
Ryosuke. Yuto lagi-lagi menanggapi perkataan Ryosuke dengan senyuman.
“Hei, maaf
lama menunggu... Ini minumannya, Yuto,” Suzuka meletakkan secangkir coklat
panas di atas meja. “Hei, kalian sedang ngobrol apa?”
Yuto dan
Ryosuke mendadak gagap, “Ah~ tidak, kami hanya... membicarakan hasil
pertandingan sepak bola kemarin malam, ya kan?” Yuto melirik Ryosuke. “Ah~ iya,
iya, betul.” Ryosuke mengangguk mengiyakan. Mereka pikir Suzuka tidak tahu
kalau tadi malam tidak ada pertandingan sepak bola.
~(^,^)~
Dua tahun berlalu,
Ryosuke sudah mulai tidak terlalu khawatir dengan hubungan Suzuka dan Yuto. Selama
ini dia melihat Yuto memang baik pada Suzuka. Hanya saja ia kecewa, Suzuka jadi
tidak ada waktu dengannya.
Ryosuke duduk
di bangku taman dan matanya menerawang jauh entah memandang apa.
“Hei,
melamun saja kerjaanmu,” tiba-tiba Chinen sudah ada di sampingnya. Dia
menyodorkan minuman kaleng rasa stroberi pada Ryosuke. Ryosuke menerimanya, “Arigatou,”
“Un,”
jawab Chinen sambil menenggak minumannya. “Oya, bagaimana hubungan kakakmu
dengan Nakajima-senpai?”
“Baik-baik
saja, mungkin,”
“Tapi
mereka memang kelihatan bahagia dan baik-baik saja kok,” Chinen mengunyah keripik
kentangnya, menyodorkan ke arah Ryosuke – hendak menawarkan. Ryosuke menggeleng.
“Aku harap
memang begitu,”
“Yuto, tunggu~”
teriak seorang wanita dari ujung taman.
Kontan
Ryosuke dan Chinen memalingkan wajah ke arah suara itu – berusaha melihat siapa
wanita yang memanggil Yuto. Jelas sekali itu bukan Suzuka. Yuto yang berjalan
sedikit lebih jauh di depan wanita itu menghentikan langkahnya. Tiba-tiba
wanita itu memeluk Yuto dari belakang.
Hah!?
Ryosuke
terkejut! Apa-apaan ini!?
Ryosuke
memperhatikan adegan itu beberapa lama sebelum ia melihat wanita yang bersama
Yuto itu menangis. Perlahan Yuto melepaskan tangan wanita yang melingkar di
pinggangnya itu dan berbalik menghadap wanita itu. Mereka terlihat membicarakan
sesuatu dengan serius. Ryosuke menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya
dengan apa yang dilihatnya.
“Jangan
beritahukan ini pada Suzuka-neechan,” tiba-tiba Chinen angkat bicara,
setelah beberapa saat tadi suasana mendadak hening.
“Harus. Aku
harus beritahu Nee-chan tentang ini, Chii,”
“Jangan,
nanti dia sakit hati,” cegah Chinen.
“Apa kau
pikir dia tidak akan sakit hati jika dipermainkan di belakang? Tanpa sepengetahuannya?”
“Iya,
sih... Tapi setidaknya kita bisa mencari tahu dulu hal yang sebenarnya. Siapa
tahu kita hanya salah paham, Ryo-chan,”
“Salah
paham? Jelas-jelas kita melihatnya di depan mata kita. Chii~” Ryosuke berbicara
sambil menahan amarahnya agar tidak meledak di tempat itu. Kedua tangannya
mengepal di atas pahanya.
“Tapi kita
tetap harus mencari tahu dulu yang sebenarnya,” Chinen berusaha menenangkan
sahabatnya.
~(^,^)~
“Nee-chan,
mana Nakajima-senpai?” tanya Ryosuke yang melihat Suzuka pulang sendiri
tanpa diantar Yuto – seperti biasanya.
“Dia tidak
menjemputku di tempat kerja hari ini, katanya ada urusan,”
Ryosuke
terdiam dan langsung berburuk sangka pada Yuto. Ryosuke yakin, wanita yang
bersamanya tadi itu selingkuhannya. Kuso, umpatnya dalam hati. Berani
dia mempermainkan Suzuka.
“Nee-chan,”
“Hhhmm~”
“Aku tidak
main-main dengan ancamanku. Jika dia benar-benar mempermainkan dan menyakitimu,
aku tidak akan memaafkannya,”
Suzuka
hanya tersenyum, “Tenang saja adikku sayang~ Yuto juga tidak main-main dengan
janjinya,” Suzuka mengedipkan satu matanya ke arah Ryosuke.
“Ya, semoga
saja,” gumam Ryosuke.
~(^,^)~
Sudah
beberapa minggu Suzuka terlihat kurang ceria, dan itu membuat Ryosuke khawatir.
Ryosuke juga jarang melihat Suzuka bersama Yuto akhir-akhir ini.
“Nee-chan,”
panggil Ryosuke pada Suzuka yang sedang duduk termangu memandang ke luar
jendela, menatap kosong pada pohon-pohon di belakang rumahnya. Suzuka tak
menjawab. “Nee-chan~!” Ryosuke agak memperbesar volume suaranya dan
menggoyangkan bahu Suzuka pelan. Suzuka menoleh pelan dan memandang sekilas ke
arah adiknya. Kemudian kembali menatap kosong pada pohon-pohon. Ryosuke duduk
di samping Suzuka, memperhatikan wajahnya dalam-dalam. Ia melihat genangan air
di sudut mata Suzuka. Sedikit saja Suzuka berkedip, genangan air itu pasti
sudah tumpah ke pipinya. Ryosuke membelai rambut Suzuka penuh sayang. Kalau sudah
begini, keadaan seakan terbalik. Ryosuke lebih terlihat seperti kakak Suzuka.
Ryosuke menarik Suzuka ke pelukannya. Membiarkan Suzuka menumpahkan air mata di
bahunya. Sejenak ia tak merasakan atau mendengar apa-apa, sampai ia merasakan
bahunya telah basah sempurna karena deraian air mata Suzuka.
Cukup lama,
Suzuka bersandar di pundak Ryosuke. Ryosuke melihatnya sudah tertidur. Dengan perlahan
Ryosuke mengangkat tubuhnya dan membaringkannya di sofa. Ryosuke segera pergi
meninggalkan rumah dan menuju suatu tempat – ia punya urusan penting.
~(^,^)~
Kebetulan, di
tengah perjalanan Ryosuke melihat Yuto – bersama perempuan yang tempo hari
dilihatnya.
Bugh~!
Satu
pukulan berhasil mendarat di pipi Yuto hingga ia terjungkal di jalan. Tangan
Ryosuke masih mengepal dan nafasnya tersengal-sengal – menahan amarah. Wanita
yang sedang bersama Yuto itu kaget karena merasa tak tahu apa-apa. Ryosuke menarik
kerah baju Yuto yang masih terkapar di jalanan, dan mendaratkan satu pukulan
lagi tanpa ampun.
“Senpai!
Kau kira aku main-main dengan ucapanku, hah!?” suara Ryosuke terdengar
menggelegar. “Berani-beraninya kau mengkhianati Nee-chan yang sudah
tulus mencintaimu, kau memang orang jahat,” Ryosuke hendak memukul Yuto sekali
lagi ketika wanita yang dari tadi hanya diam itu berteriak, “Yamete~! Siapa
kau, anak kecil?”
Ryosuke menghempaskan
tubuh Yuto, kemudian bangkit dan berbalik menghadap wanita itu, “Siapa yang kau
panggil anak kecil?” matanya melotot – seram.
“Ryosuke,
kukira kau salah paham. Kita akan bicara setelah ini,” Yuto sudah bangkit
sambil meringis memegangi pipinya yang membiru. “Eri, kau bisa pulang sendiri?
Aku ada urusan dengan Ryosuke,”
“Baiklah~”
wanita itu kemudian pergi dan menghilang dari pandangan mereka.
Yuto
mengajak Ryosuke berbicara di taman yang biasa mereka kunjungi. Mereka duduk di
satu bangku panjang di ujung taman. Ryosuke menyodorkan sapu tangan putih pada
Yuto, “Gomen,” ucapnya.
Yuto
menerima sapu tangan itu dan mengusapkannya pada lukanya, “Daijoubu,”
“Jadi, kau
bisa jelaskan siapa wanita itu?” tanya Ryosuke to the point.
Yuto
mengangguk, “Dia Eri, tunanganku,” jawabnya dengan tenang.
Ryosuke terbelalak.
“Tepatnya
mantan tunangan,”
Demi apa,
Ryosuke masih dibuat bingung dengan jawaban senpai-nya yang satu ini. “Senpai~
kumohon...”
“Aku tahu
kau marah padaku karena aku tak bersama Suzuka lagi sekarang,” Yuto memotong
kalimat Ryosuke. “Tapi kami tidak pernah benar-benar putus,” Yuto menarik
nafasnya panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Memar yang dibuat Ryosuke
di pipinya masih berdenyut-denyut. “Aku memang menjaga jarak dengannya, karena
aku tak mau menyakitinya. Aku~ aku bingung harus berbuat apa,” Yuto terdengar
putus asa. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Senpai,
kau tahu kakakku sangat mencintaimu?”
Yuto
mengangguk, “Begitu juga aku padanya,”
“Lalu
kenapa kau berbuat seperti ini?”
“Kau tidak
mengerti, Ryosuke. Eri memang tunanganku yang telah pergi dengan laki-laki lain.
Sebelum ia kembali lagi dan membawa kabar bahwa ia telah hamil,”
Ryosuke
terhenyak. Ia semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi.
“Dia bilang
itu anakku,”
“Apa?!? Hontou
ni, jangan bercanda denganku!” Ryosuke bangkit berdiri dan maju beberapa
langkah di depan Yuto. Ia benar-benar harus pintar mengatur emosinya saat ini. “Lalu
apa benar itu anakmu?’ Ryosuke berbalik ke arah Yuto yang masih menunduk.
“Aku tidak
tahu,”
“Jangan
bercanda! Kau pasti ingat jika kau memang sudah~”
“Aku tidak
ingat apa-apa. Yang aku ingat kami pernah menginap bersama di motel ketika kami
terjebak hujan. Tapi aku merasa tak melakukan apa-apa padanya,”
“Heh,
lelucon macam apa ini,” Ryosuke mendesah. “Dengar senpai, aku benci
mengatakan ini, tapi mulai sekarang jangan temui kakakku lagi. Jangan pernah
ganggu dia lagi. Sudah kuduga dari awal bahwa kau hanya akan menyakitinya.”
“Ryosuke,
semua itu belum terbukti benar. Mungkin saja Eri bukan sedang mengandung anakku,”
“Mungkin? Berarti
masih ada kemungkinan kalau itu anakmu, kan? Kau sendiri tidak yakin dengan
itu, dasar picik.”
“Aku
mencintai Suzuka,” Yuto menarik ujung jaket Ryosuke yang sudah beranjak meninggalkannya.
“Kau telah
menyakitinya, senpai. Aku tidak bisa mengizinkanmu bersamanya lagi.” Setitik
kristal bening mengalir dari ujung mata Ryosuke. Ia benar-benar sakit mendengar
semua ini.
“Kau pasti
mengerti perasaanku Ryosuke. Kau juga seorang laki-laki,”
“Entahlah,
aku belum pernah berpikir untuk membagi cintaku pada Nee-chan dengan gadis lain,
sebelum ia menemukan laki-laki yang benar-benar mencintainya. Yang berani
mengorbankan apa saja demi kebahagiaannya,”
“Aku mencintainya,
Ryosuke~”
“Kau bahkan
tidak bisa mengambil sikap dan keputusan atas masalahmu. Bagaimana aku bisa
menilai bahwa kau benar-benar mencintai kakakku?! Sudahlah, pergi temui kekasih
dan anakmu itu. Kita sudah tidak punya urusan lagi sekarang!”
Ryosuke meninggalkan
Yuto yang tetap bertahan di posisinya – menundukkan kepala dalam-dalam sambil
menahan tetesan air matanya.
~(^,^)~
Ryosuke
mendapati tubuh Suzuka panas sekali – ia demam. Dengan hati-hati ia membopong
tubuh Suzuka yang lemah itu ke kamarnya. Ia menyelimutinya sampai dagu. Kemudian
mengompresnya.
“Hhhhff~” Ryosuke
menghembuskan nafasnya yang terasa berat. “Bertahanlah Nee-chan,
semuanya akan baik-baik saja,” bisiknya.
“Iya, Chii~”
Ryosuke menjawab panggilan sahabatnya di seberang ponsel.
“Ryo-chan,
bisa susul aku ke toshokan? Aku kesulitan mengerjakan tugas kita,” suara
Chinen terdengar gelisah.
“Ah~ Gomen,
aku tidak bisa meninggalkan rumah. Nee-chan demam. Bagaimana kalau kau
pinjam saja buku-buku yang dibutuhkan, lalu kita kerjakan di rumahku?”
“Ah, souka.
Baiklah kalau begitu,”
Sejak tadi
Ryosuke hanya membisu sambil membalik-balikkan halaman buku di tangannya. Ia
tidak terlihat sedang mencari materi yang Chinen butuhkan.
“Ryo-chan,”
Chinen mengibaskan tangan di depan wajah Ryosuke. “Daijoubu desuka?”
“Ah, Iie.
Aku tidak apa-apa. Maaf.”
Chinen
mengambil buku dari tangan Ryosuke. “Ada apa dengan Suzuka-neechan? Kau
biasa terlihat seperti ini jika ada masalah dengan Suzuka-neechan,”
Ryosuke hanya menggeleng samar.
“Ayolah, apa
kau sudah tidak mau membagi ceritamu padaku?”
“Wanita
itu, yang kita lihat di taman dengan Nakajima-senpai, adalah tunangannya,”
“Hontou
desuka?” Chinen membulatkan matanya.
“Parahnya
wanita itu telah hamil. Nakajima-senpai yang...”
Prang~
Ryosuke dan
Chinen kaget ketika mereka mendengar gelas pecah dari lantai atas. Mereka
segera menoleh, dan ....
Suzuka
sudah ada di tangga. Cukup lama untuk mendengar kenyataan pahit yang meluncur
dari mulut Ryosuke. Suzuka jatuh terduduk. Ryosuke segera berlari meraihnya.
“Nee-chan,
kau mendengarnya,” Suzuka tetap terdiam. “Gomen~” Ryosuke memeluk Suzuka
yang menangis perih dalam diam.
~(^,^)~
Tok~tok~tok~
Ryosuke
mengetuk pintu kamar Suzuka beberapa kali. Tak ada jawaban. Terpaksa Ryosuke lancang
masuk tanpa izin. Ditengoknya kamar yang sudah rapi itu. Suzuka tak ada disana.
Ryosuke mengitarkan pandangannya dan matanya tertuju pada buku kecil merah
jambu di atas meja belajar Suzuka. Sepertinya buku Diary. Dengan segan Ryosuke mengambil
buku itu dan perlahan membukanya. Masih ada bolpoin di tengah-tengahnya. Ryosuke
terhenyak membaca kalimat demi kalimat yang tertulis disana.
“Hhh~ tidak
mungkin. Nee-chan. Tidaaaakkk. Itu tidak mungkin.” Ryosuke melemparkan buku
itu dan segera berlari menyusul Suzuka.
“Nee-chaaann~”
teriak Ryosuke. Dia memeluk tubuh Suzuka dan menariknya dari atas jembatan. “Jangan
lakukan itu, Nee-chan. Jangan. Onegai~” Ryosuke terisak. “Aku
hanya punya kau di dunia ini. Jangan pergi tinggalkan aku, Nee-chan~” Ryosuke
terus menangis sambil mendekap tubuh Suzuka yang lemah.
“Ryosuke~”
bisik Suzuka pelan sekali sehingga Ryosuke hampir tak mendengarnya. “Moushiwake
arimasen ne. Aku tidak mendengarkanmu dari awal,” sahutnya pelan. Sepertinya
ia sudah menumpahkan semua isi kelenjar air matanya. Matanya basah sekali.
Ryosuke
menggeleng cepat. “Tidak, Nee-chan. Ini bukan salahmu,”
“Jangan
cegah aku untuk pergi, Ryosuke. Aku sudah tak pantas hidup lagi~” isaknya.
“Kau masih
punya aku Nee-chan. Aku akan menjagamu, selalu menjagamu. Aku tidak akan
membiarkan laki-laki yang tidak bertanggung jawab menyakitimu,”
“Tapi, kau akan
malu, punya kakak yang hamil di luar nikah,”
Ryosuke
menggeleng, “Tidak Nee-chan, apapun keadaanmu, kau tetap kakakku. Kita akan
minta Nakajima-senpai untuk bertanggung jawab,”
“Dia tidak
mungkin menikahiku dan perempuan itu, Ryo~. Dia harus memilih satu. Dan aku rasa
aku harus mundur,”
“Nee-chan
mencintainya kan? Mencintainya? Nee-chan tidak boleh menyerah begitu
saja. Kau harus pertahankan dia jika kau mencintainya,”
“Suzuka~” tiba-tiba
sebuah suara berat datang dari belakang mereka.
“Senpai,”
Ryosuke beranjak menghampirinya. “Laki-laki macam apa kau?! Tega sekali...” Ryosuke
hampir melayangkan pukulan lagi ke arah Yuto. Ingin sekali dia membunuh sosok
di hadapannya itu. Tapi jika ia lakukan, itu hanya akan menambah derita Suzuka.
Yuto tak
terlalu menggubris Ryosuke. Dengan dingin dia melewati anak yang tingginya tidak
melebihi dirinya itu. Ryosuke memperhatikan Yuto menghampiri Suzuka, dan
memeluknya.
“Suzuka,
semuanya sudah terungkap, anak yang dikandung Eri bukan anakku. Kita akan
menikah, kan? Aku mencintaimu,” bisik Yuto pelan. Suaranya terasa lembut di
telinga Suzuka.
Suzuka tak
mengucapkan sepatah katapun, ia hanya menangis.
Ryosuke
tertegun melihat pemandangan di hadapannya.
Yah,
setidaknya ia tahu, akhirnya Suzuka sudah menemukan jalan keluar untuk masalahnya.
Ryosuke akan
selalu bahagia atas kebahagiaannya.
=The End=
Glosarium:
Nee-chan:
Kakak perempuan
Tashikanii:
tentu saja
Ohayou:
selamat pagi
Ikou: ayo
Hai: Iya
Senpai:
kakak kelas / senior
Baka: bodoh
Souka:
begitu ya
Chan:
akhiran di belakang nama untuk orang yang sudah akrab
Iie: tidak
Kaa-chan:
ibu
Manga:
komik
Tadaima:
aku pulang
Sumimasen:
maaf (sedikit lebih formal di atas Gomen)
Gomen: maaf
Daijoubu:
Tidak apa-apa
Ja mata:
Sampai jumpa
Arigatou:
terimakasih
Un: Ya
Yamete:
hentikan
Hontou ni:
sungguh
Toshokan:
perpustakaan
Daijoubu
desuka: Apa kau baik-baik saja?
Hontou
desuka: benarkah?
Onegai:
kumohon
Moushiwake
arimasen: bentuk paling formal untuk meminta maaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d