To make easy, Click the categories that you want to see^^

Rabu, 20 Juni 2012

[Fanfiction] Don’t Mess with My Sister! {Indonesian Language}


Title                     : Don’t Mess with My Sister!
Categories            : OneShot
Genre                   : Family – Romance – General
Rating                   : [Can be] Teenager or PG-15
Theme song          : KAT-TUN - Rescue, with any instrumental music
Author                 : Rizuki Yamazaki a.k.a Zakiyah
Cast[s]                 :
  1. Yamada Ryosuke [Hey!Say!JUMP] as Uzumaki Ryosuke
  2. Chinen Yuuri [Hey!Say!JUMP]
  3. Nakajima Yuto [Hey!Say!JUMP]
  4. Ohgo Suzuka as Uzumaki Suzuka
Disclaimer! : All casts adalah tokoh idola yang saya pinjam untuk memerankan fanfic saya [Meski tanpa izin >,<]. Ide cerita hanyalah fiktif/khayalan penulis belaka. Jika terdapat kesamaan latar maupun jalan cerita, maka itu merupakan ketidaksengajaan.
Note: Jika anda menemukan ketidakjelasan di awal, di tengah, atau di akhir cerita [singkatnya: kalo ceritanya gaje], itu hanya salah satu aspek ke’amatir’an author [mafhum, masih belajar]. After all, happy reading, minna san! ^^
Synopsis:
Semenjak ibu mereka meninggal dan ayah mereka pergi dengan perempuan lain, Ryosuke merasa memiki tanggung jawab untuk melindungi kakak perempuan satu-satunya itu. Melindungi raganya dari bahaya, dan melindungi hatinya dari laki-laki yang hanya ingin bermain-main dengannya.

~(^,^)~
#Author’s POV
Sreett~
Suzuka membuka tirai jendela yang menghadap ke tempat tidur Ryosuke, membuat sinar matahari dengan bebas menyinari anak yang masih tertidur pulas itu. Mata Ryosuke memicing, merasa ada cahaya yang menyilaukannya. Kemudian ia mengambil bantal dan menggunakannya untuk menutupi wajahnya.
“Heh, bangun~! Mau sampai kapan kau tidur, Ryosuke...” Suzuka menarik selimut yang membungkus tubuh mungil Ryosuke. Yang bersangkutan menggeliat – berusaha mempertahankan selimut itu agar tetap melekat di badannya.
“Aahhh~, sebentar lagi, Nee-chan~ aku masih ngantuk...” jawab Ryosuke malas-malasan.
“Kebiasaan! Aku tidak mau tahu, cepat bangun atau roti isi dan jus stroberimu akan kuhabiskan~!” ancam Suzuka.
“Haa~ jangaaan!” Ryosuke mendadak bangun dan segera melompat dari tempat tidurnya.
“Kalau begitu cepat mandi, aku tunggu di meja makan,” Suzuka tersenyum puas, ia selalu memenangkan perdebatan dengan adiknya itu dengan ‘senjata roti isi dan jus stroberi’.
~(^,^)~
Suzuka dan Ryosuke mengayuh sepedanya santai menuju ke sekolah.
Nee-chan,”
“Hhmm,” Suzuka menjawab sambil tetap mengarahkan pandangan ke depan.
“Umm,” Ryosuke mencoba mempertimbangkan kata-kata yang ingin dia sampaikan. “kau sangat cantik hari ini,” Ryosuke tersenyum. Akhirnya hanya kata itu yang meluncur dari mulutnya. Dia membatalkan niatnya untuk menanyakan tentang Nakajima Yuto – orang yang belakangan ini ia ketahui sedang dekat dengan Suzuka.
Suzuka tertawa kecil, “Kau ada-ada saja, bukankah aku selalu cantik setiap hari? Haha~”
Ryosuke ikut tertawa, “Ah~ Ya, tashikanii~” ia mengangguk-angguk.
Ryosuke mengayuh sepedanya agak pelan sehingga ia sedikit tertinggal di belakang Suzuka. Ryosuke menatap nanar sosok di hadapannya. Ia sangat khawatir ketika ada laki-laki yang sedang berusaha mendekati Nee-chan-nya tersayang itu. Ya, semenjak ibu mereka meninggal dan ayah mereka pergi dengan perempuan lain, Ryosuke merasa memiki tanggung jawab untuk melindungi kakak perempuan satu-satunya itu. Melindungi raganya dari bahaya, dan melindungi hatinya dari laki-laki yang hanya ingin bermain-main dengannya.
Ryosuke memarkir sepedanya disamping sepeda Suzuka. Suzuka sudah berlari lebih dulu, “Ryosuke, aku duluan ya~ Kelasku sebentar lagi dimulai,” teriaknya. Ryosuke hanya mengangguk dan melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah Suzuka.
Ohayou,” sapa Chinen seraya menepuk pundak Ryosuke. Ryosuke menoleh dan menjawab dengan senyumnya, “Ohayou,”
“Mana Suzuka-neechan?”
“Dia sudah duluan,”
“Oh, oke kalau begitu, kita juga harus segera ke kelas, ikou~”     
Hai,” Ryosuke segera menyusul Chinen yang sudah beberapa langkah di depannya. “Chii, ano~ apa kau tahu Nakajima-senpai?
“Hhmm, yang anak band itu ya? Kenapa memangnya?”
“Apa dia orang baik?”
“Aku tidak terlalu mengenalnya, tapi menurut beberapa orang dia orang baik. Lagipula dia belum pernah tercatat di kepolisian gara-gara melakukan kejahatan, tuh” jawab Chinen asal.
Baka,” Ryosuke tertawa mendengar jawaban Chinen. “Kalau tidak salah, dia sekelas dengan kakakku, dan sekarang mereka sedang dekat,” gumam Ryosuke.
“Iya kalau mereka sekelas sudah pasti dekat lah,” jawab Chinen sekenanya.
“Kau ini,” Ryosuke meninju bahu Chinen pelan, “Maksudku, mereka sedang ‘dekat’,” Ryosuke membuat tanpa kutip di udara dengan kedua telunjuk dan jari tengahnya.
“Ohh~, pacaran maksudmu?”
“Umm,” Ryosuke mengangguk, “Aku memang belum tahu mereka sudah pacaran atau belum, yang aku tahu hanya, mereka sedang dekat,”
“Lalu kenapa kalau mereka dekat?”
“Aku harus tahu dulu dia orang baik atau bukan, baru aku izinkan dia dekat-dekat dengan kakakku,” ujar Ryosuke dengan nada serius, Chinen menanggapinya dengan anggukan. “Sou ka,”
~(^,^)~
Kali ini Ryosuke pulang berdua dengan Chinen. Suzuka memberitahunya kalau dia akan pulang agak telat.
“Chii, bagaimana kalau kau ke rumahku saja,” tawar Ryosuke.
“Hmm, bagaimana ya?” Chinen berlagak mikir.
“Ahh sudahlah jangan sok mikir kaya gitu, ikut saja, kita makan di rumahku,”
“Hhhmm~ baiklah, lagipula kalau kau yang masak, aku tidak akan menolak, haha~”
Chinen sudah lebih dari tiga jam di rumah Ryosuke. Mereka sudah menghabiskan nasi kari dan jus stroberi mereka, beberapa cemilan, menggarap beberapa games di komputer Ryosuke, dan melahap beberapa judul manga, tapi Suzuka belum pulang juga. Tidak biasanya Suzuka pulang setelat ini. Ryosuke mulai mengkhawatirkannya. “Jangan-jangan dia pergi dengan Nakajima-senpai,” gumam Ryosuke pelan – hampir berbisik.
“Hah? Apa kau mengatakan sesuatu Ryo-chan?” Chinen sejenak melepaskan perhatian dari manga-nya.
Iie,” Ryosuke menggeleng.
“Ah, Ryo-chan, Aku rasa aku harus segera pulang. Aku tidak memberitahu Kaa-chan akan pulang telat hari ini.” Chinen beranjak dari posisinya dan meletakkan manga ke rak nya semula.
“Hah? Kenapa buru-buru, tinggallah sebentar lagi. Telepon saja Kaa-chan-mu dan beri tahu kalau kau akan pulang agak sore.” Ryosuke merajuk.
“Ah~ tidak bisa, aku harus...” ucapan Chinen terputus,  
Tadaima~,” sapa seseorang dari lantai satu. Akhirnya Suzuka datang.
Ryosuke segera berlari menuruni tangga, hendak menghampiri Suzuka. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria bertubuh tinggi di samping Suzuka. “Nee~chan...” sapa Ryosuke ragu. “Darimana?”
Suzuka tersenyum dan menjawab singkat, “Nonton,”
Ryosuke tak menanggapi jawaban Suzuka, ia menatap dingin ke arah Yuto – sinis. Yuto membalasnya dengan senyuman kecil. “Tadi aku mengajak Suzuka nonton dan makan malam. Mohon maaf sudah membuatmu khawatir,” ujar Yuto seraya menundukkan badannya. Ia kemudian pamit pulang.
Nee-chan, apa kau~”
“Sudah makan belum?” Suzuka memotong pertanyaan Ryosuke.
“Sudah. Nee-chan, apa kau pacaran dengan Nakajima-senpai?” tanya Ryosuke serius.
“Memangnya kenapa?” Suzuka masih mempertahankan ekspresi datarnya.
“Ya, setidaknya Nee-chan bisa minta izin atau pendapatku dulu jika akan memilih pacar. Aku akan pastikan dulu dia orang baik atau bukan, baru aku izinkan kau...”
“Sudahlah Ryosuke.” Suzuka memotong kalimat Ryosuke lagi. “Yuto itu orang baik. Kau tidak usah khawatir,”
“Kau juga mengatakan hal yang sama ketika kau dekat dengan Nakayama-senpai, Yabu-senpai, dan Arioka-senpai... Nyatanya mereka menyakitimu, kan. Mereka hanya main-main denganmu,”
Tiba-tiba memori otak Suzuka memutar ulang rekaman kejadian ketika Ryosuke berkelahi dan menghabisi ketiga laki-laki itu karena ia mendapati mereka berselingkuh dengan perempuan lain – di belakang Suzuka. Adiknya itu memang sangat peduli dengannya. Ryosuke tak mau ada orang yang menyakiti hati Suzuka. Jika ada yang berani, lawanlah sang master karate ini dan rasakan akibatnya.
“Sudahlah, aku pastikan Yuto itu orang baik,” ujar Suzuka kemudian.
“Emm, ano, Sumimasen~ Maaf mengganggu, aku mau izin pulang,” Chinen yang daritadi menguping pembicaraan mereka merasa tidak enak.
“Ah, Chii~ gomen aku jadi mengacuhkanmu,” Ryosuke berbalik menatap Chinen.
Daijoubu. Aku pulang dulu ya, Ryo-chan. Ja mata,”
~(^,^)~
Hari minggu yang cerah, tak biasanya Ryosuke terbangun tanpa komando dari kakaknya. Ia menuruni anak tangga hendak menyiapkan sarapan – hari Minggu giliran Ryosuke yang memasak. Tapi ia terkejut melihat sarapan sudah siap dan tertata rapi di atas meja.
“Ha, ohayou. Makanlah, aku sudah menyiapkannya,” sapa Suzuka. Ia sudah berpakaian rapi – sepertinya akan pergi.
Ohayou,” Ryosuke masih terbengong-bengong memperhatikan Suzuka. “Mau pergi?” tanyanya. Suzuka hanya mengangguk dan tersenyum sambil terus mengunyah roti isinya.
“Kemana? Dengan Nakajima-senpai?”
Lagi-lagi Suzuka hanya mengangguk. Ryosuke merasa putus asa, sepertinya kakaknya ini memang sudah terkena panah cinta dewa asmara dari Yuto. Dia duduk di hadapan Suzuka dan meraih rotinya. Menggigit ujungnya, dan mengunyahnya perlahan. Matanya masih menatap lekat-lekat ke arah Suzuka – penuh kekhawatiran.
Semoga Nakajima Yuto itu memang benar-benar orang baik, batin Ryosuke.

Teet~

Bel rumah mereka berbunyi. Suzuka dengan sigap beranjak dari kursi dan segera membukakan pintu. “Hei, ohayou~” sapanya riang. Ryosuke sudah tahu pasti yang datang itu Yuto. “Ayo, masuk dulu, tunggu ya, silahkan duduk,”
“Iya, terimakasih,” Yuto mengiyakan.
Suzuka segera pergi ke dapur menyiapkan minuman untuk tamunya. Ryosuke segera ke ruang tamu menghampiri Yuto,
“Ehm, ohayou,” sapanya singkat.
Yuto tersenyum, “Ohayou, Ryosuke,”
Ryosuke mengambil posisi di samping Yuto, wajahnya agak serius. “Apa kau pacaran dengan kakakku?” tanyanya to the point.
Yuto hanya tersenyum, “Menurutmu?”
“Kalian dekat. Kalau tidak pacaran kenapa makan dan jalan-jalan bersama?”
“Kami teman sekelas,”
“Aku juga punya teman sekelas perempuan, tapi tidak kuajak jalan-jalan,”
Yuto tertawa kecil mendengar kalimat Ryosuke, “Iya, Ryosuke. Aku menyukai kakakmu,”
“Tidak semudah itu!” sergah Ryosuke tiba-tiba.
“Aku tahu, kau takut aku orang jahat yang akan menyakiti Suzuka, kan?”
Ryosuke terdiam, ingin sekali ia berkata ‘Iya, begitu lah’
“Tenang saja, Ryosuke,” Yuto menepuk pundak Ryosuke. “Aku menyukai Suzuka dan aku tidak akan menyakitinya,”
“Memang seharusnya begitu. Jika tidak, kau tahu akan berhadapan dengan siapa,” ancam Ryosuke. Yuto lagi-lagi menanggapi perkataan Ryosuke dengan senyuman.
“Hei, maaf lama menunggu... Ini minumannya, Yuto,” Suzuka meletakkan secangkir coklat panas di atas meja. “Hei, kalian sedang ngobrol apa?”
Yuto dan Ryosuke mendadak gagap, “Ah~ tidak, kami hanya... membicarakan hasil pertandingan sepak bola kemarin malam, ya kan?” Yuto melirik Ryosuke. “Ah~ iya, iya, betul.” Ryosuke mengangguk mengiyakan. Mereka pikir Suzuka tidak tahu kalau tadi malam tidak ada pertandingan sepak bola.
~(^,^)~
Dua tahun berlalu, Ryosuke sudah mulai tidak terlalu khawatir dengan hubungan Suzuka dan Yuto. Selama ini dia melihat Yuto memang baik pada Suzuka. Hanya saja ia kecewa, Suzuka jadi tidak ada waktu dengannya.
Ryosuke duduk di bangku taman dan matanya menerawang jauh entah memandang apa.
“Hei, melamun saja kerjaanmu,” tiba-tiba Chinen sudah ada di sampingnya. Dia menyodorkan minuman kaleng rasa stroberi pada Ryosuke. Ryosuke menerimanya, “Arigatou,”
Un,” jawab Chinen sambil menenggak minumannya. “Oya, bagaimana hubungan kakakmu dengan Nakajima-senpai?
“Baik-baik saja, mungkin,”
“Tapi mereka memang kelihatan bahagia dan baik-baik saja kok,” Chinen mengunyah keripik kentangnya, menyodorkan ke arah Ryosuke – hendak menawarkan. Ryosuke menggeleng.
“Aku harap memang begitu,”
“Yuto, tunggu~” teriak seorang wanita dari ujung taman.
Kontan Ryosuke dan Chinen memalingkan wajah ke arah suara itu – berusaha melihat siapa wanita yang memanggil Yuto. Jelas sekali itu bukan Suzuka. Yuto yang berjalan sedikit lebih jauh di depan wanita itu menghentikan langkahnya. Tiba-tiba wanita itu memeluk Yuto dari belakang.
Hah!?
Ryosuke terkejut! Apa-apaan ini!?
Ryosuke memperhatikan adegan itu beberapa lama sebelum ia melihat wanita yang bersama Yuto itu menangis. Perlahan Yuto melepaskan tangan wanita yang melingkar di pinggangnya itu dan berbalik menghadap wanita itu. Mereka terlihat membicarakan sesuatu dengan serius. Ryosuke menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Jangan beritahukan ini pada Suzuka-neechan,” tiba-tiba Chinen angkat bicara, setelah beberapa saat tadi suasana mendadak hening.
“Harus. Aku harus beritahu Nee-chan tentang ini, Chii,”
“Jangan, nanti dia sakit hati,” cegah Chinen.
“Apa kau pikir dia tidak akan sakit hati jika dipermainkan di belakang? Tanpa sepengetahuannya?”
“Iya, sih... Tapi setidaknya kita bisa mencari tahu dulu hal yang sebenarnya. Siapa tahu kita hanya salah paham, Ryo-chan,”
“Salah paham? Jelas-jelas kita melihatnya di depan mata kita. Chii~” Ryosuke berbicara sambil menahan amarahnya agar tidak meledak di tempat itu. Kedua tangannya mengepal di atas pahanya.
“Tapi kita tetap harus mencari tahu dulu yang sebenarnya,” Chinen berusaha menenangkan sahabatnya.
~(^,^)~
“Nee-chan, mana Nakajima-senpai?” tanya Ryosuke yang melihat Suzuka pulang sendiri tanpa diantar Yuto – seperti biasanya.
“Dia tidak menjemputku di tempat kerja hari ini, katanya ada urusan,”
Ryosuke terdiam dan langsung berburuk sangka pada Yuto. Ryosuke yakin, wanita yang bersamanya tadi itu selingkuhannya. Kuso, umpatnya dalam hati. Berani dia mempermainkan Suzuka.
Nee-chan,”
“Hhhmm~”
“Aku tidak main-main dengan ancamanku. Jika dia benar-benar mempermainkan dan menyakitimu, aku tidak akan memaafkannya,”
Suzuka hanya tersenyum, “Tenang saja adikku sayang~ Yuto juga tidak main-main dengan janjinya,” Suzuka mengedipkan satu matanya ke arah Ryosuke.
“Ya, semoga saja,” gumam Ryosuke.
~(^,^)~
Sudah beberapa minggu Suzuka terlihat kurang ceria, dan itu membuat Ryosuke khawatir. Ryosuke juga jarang melihat Suzuka bersama Yuto akhir-akhir ini.
Nee-chan,” panggil Ryosuke pada Suzuka yang sedang duduk termangu memandang ke luar jendela, menatap kosong pada pohon-pohon di belakang rumahnya. Suzuka tak menjawab. “Nee-chan~!” Ryosuke agak memperbesar volume suaranya dan menggoyangkan bahu Suzuka pelan. Suzuka menoleh pelan dan memandang sekilas ke arah adiknya. Kemudian kembali menatap kosong pada pohon-pohon. Ryosuke duduk di samping Suzuka, memperhatikan wajahnya dalam-dalam. Ia melihat genangan air di sudut mata Suzuka. Sedikit saja Suzuka berkedip, genangan air itu pasti sudah tumpah ke pipinya. Ryosuke membelai rambut Suzuka penuh sayang. Kalau sudah begini, keadaan seakan terbalik. Ryosuke lebih terlihat seperti kakak Suzuka. Ryosuke menarik Suzuka ke pelukannya. Membiarkan Suzuka menumpahkan air mata di bahunya. Sejenak ia tak merasakan atau mendengar apa-apa, sampai ia merasakan bahunya telah basah sempurna karena deraian air mata Suzuka.
Cukup lama, Suzuka bersandar di pundak Ryosuke. Ryosuke melihatnya sudah tertidur. Dengan perlahan Ryosuke mengangkat tubuhnya dan membaringkannya di sofa. Ryosuke segera pergi meninggalkan rumah dan menuju suatu tempat – ia punya urusan penting.
~(^,^)~
Kebetulan, di tengah perjalanan Ryosuke melihat Yuto – bersama perempuan yang tempo hari dilihatnya.
Bugh~!
Satu pukulan berhasil mendarat di pipi Yuto hingga ia terjungkal di jalan. Tangan Ryosuke masih mengepal dan nafasnya tersengal-sengal – menahan amarah. Wanita yang sedang bersama Yuto itu kaget karena merasa tak tahu apa-apa. Ryosuke menarik kerah baju Yuto yang masih terkapar di jalanan, dan mendaratkan satu pukulan lagi tanpa ampun.
Senpai! Kau kira aku main-main dengan ucapanku, hah!?” suara Ryosuke terdengar menggelegar. “Berani-beraninya kau mengkhianati Nee-chan yang sudah tulus mencintaimu, kau memang orang jahat,” Ryosuke hendak memukul Yuto sekali lagi ketika wanita yang dari tadi hanya diam itu berteriak, “Yamete~! Siapa kau, anak kecil?
Ryosuke menghempaskan tubuh Yuto, kemudian bangkit dan berbalik menghadap wanita itu, “Siapa yang kau panggil anak kecil?” matanya melotot – seram.
“Ryosuke, kukira kau salah paham. Kita akan bicara setelah ini,” Yuto sudah bangkit sambil meringis memegangi pipinya yang membiru. “Eri, kau bisa pulang sendiri? Aku ada urusan dengan Ryosuke,”
“Baiklah~” wanita itu kemudian pergi dan menghilang dari pandangan mereka.
Yuto mengajak Ryosuke berbicara di taman yang biasa mereka kunjungi. Mereka duduk di satu bangku panjang di ujung taman. Ryosuke menyodorkan sapu tangan putih pada Yuto, “Gomen,” ucapnya.
Yuto menerima sapu tangan itu dan mengusapkannya pada lukanya, “Daijoubu,”
“Jadi, kau bisa jelaskan siapa wanita itu?” tanya Ryosuke to the point.
Yuto mengangguk, “Dia Eri, tunanganku,” jawabnya dengan tenang.
Ryosuke terbelalak.
“Tepatnya mantan tunangan,”
Demi apa, Ryosuke masih dibuat bingung dengan jawaban senpai-nya yang satu ini. “Senpai~ kumohon...”
“Aku tahu kau marah padaku karena aku tak bersama Suzuka lagi sekarang,” Yuto memotong kalimat Ryosuke. “Tapi kami tidak pernah benar-benar putus,” Yuto menarik nafasnya panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Memar yang dibuat Ryosuke di pipinya masih berdenyut-denyut. “Aku memang menjaga jarak dengannya, karena aku tak mau menyakitinya. Aku~ aku bingung harus berbuat apa,” Yuto terdengar putus asa. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Senpai, kau tahu kakakku sangat mencintaimu?”
Yuto mengangguk, “Begitu juga aku padanya,”
“Lalu kenapa kau berbuat seperti ini?”
“Kau tidak mengerti, Ryosuke. Eri memang tunanganku yang telah pergi dengan laki-laki lain. Sebelum ia kembali lagi dan membawa kabar bahwa ia telah hamil,”
Ryosuke terhenyak. Ia semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi.
“Dia bilang itu anakku,”
“Apa?!? Hontou ni, jangan bercanda denganku!” Ryosuke bangkit berdiri dan maju beberapa langkah di depan Yuto. Ia benar-benar harus pintar mengatur emosinya saat ini. “Lalu apa benar itu anakmu?’ Ryosuke berbalik ke arah Yuto yang masih menunduk.
“Aku tidak tahu,”
“Jangan bercanda! Kau pasti ingat jika kau memang sudah~”
“Aku tidak ingat apa-apa. Yang aku ingat kami pernah menginap bersama di motel ketika kami terjebak hujan. Tapi aku merasa tak melakukan apa-apa padanya,”
“Heh, lelucon macam apa ini,” Ryosuke mendesah. “Dengar senpai, aku benci mengatakan ini, tapi mulai sekarang jangan temui kakakku lagi. Jangan pernah ganggu dia lagi. Sudah kuduga dari awal bahwa kau hanya akan menyakitinya.”
“Ryosuke, semua itu belum terbukti benar. Mungkin saja Eri bukan sedang mengandung anakku,”
“Mungkin? Berarti masih ada kemungkinan kalau itu anakmu, kan? Kau sendiri tidak yakin dengan itu, dasar picik.”
“Aku mencintai Suzuka,” Yuto menarik ujung jaket Ryosuke yang sudah beranjak meninggalkannya.
“Kau telah menyakitinya, senpai. Aku tidak bisa mengizinkanmu bersamanya lagi.” Setitik kristal bening mengalir dari ujung mata Ryosuke. Ia benar-benar sakit mendengar semua ini.
“Kau pasti mengerti perasaanku Ryosuke. Kau juga seorang laki-laki,”
“Entahlah, aku belum pernah berpikir untuk membagi cintaku pada Nee-chan dengan gadis lain, sebelum ia menemukan laki-laki yang benar-benar mencintainya. Yang berani mengorbankan apa saja demi kebahagiaannya,”
“Aku mencintainya, Ryosuke~”
“Kau bahkan tidak bisa mengambil sikap dan keputusan atas masalahmu. Bagaimana aku bisa menilai bahwa kau benar-benar mencintai kakakku?! Sudahlah, pergi temui kekasih dan anakmu itu. Kita sudah tidak punya urusan lagi sekarang!”
Ryosuke meninggalkan Yuto yang tetap bertahan di posisinya – menundukkan kepala dalam-dalam sambil menahan tetesan air matanya.
~(^,^)~
Ryosuke mendapati tubuh Suzuka panas sekali – ia demam. Dengan hati-hati ia membopong tubuh Suzuka yang lemah itu ke kamarnya. Ia menyelimutinya sampai dagu. Kemudian mengompresnya.
“Hhhhff~” Ryosuke menghembuskan nafasnya yang terasa berat. “Bertahanlah Nee-chan, semuanya akan baik-baik saja,” bisiknya.
“Iya, Chii~” Ryosuke menjawab panggilan sahabatnya di seberang ponsel.
“Ryo-chan, bisa susul aku ke toshokan? Aku kesulitan mengerjakan tugas kita,” suara Chinen terdengar gelisah.
“Ah~ Gomen, aku tidak bisa meninggalkan rumah. Nee-chan demam. Bagaimana kalau kau pinjam saja buku-buku yang dibutuhkan, lalu kita kerjakan di rumahku?”            
“Ah, souka. Baiklah kalau begitu,”
Sejak tadi Ryosuke hanya membisu sambil membalik-balikkan halaman buku di tangannya. Ia tidak terlihat sedang mencari materi yang Chinen butuhkan.
“Ryo-chan,” Chinen mengibaskan tangan di depan wajah Ryosuke. “Daijoubu desuka?”
“Ah, Iie. Aku tidak apa-apa. Maaf.”
Chinen mengambil buku dari tangan Ryosuke. “Ada apa dengan Suzuka-neechan? Kau biasa terlihat seperti ini jika ada masalah dengan Suzuka-neechan,” Ryosuke hanya menggeleng samar.
“Ayolah, apa kau sudah tidak mau membagi ceritamu padaku?”
“Wanita itu, yang kita lihat di taman dengan Nakajima-senpai, adalah tunangannya,”
Hontou desuka?” Chinen membulatkan matanya.
“Parahnya wanita itu telah hamil. Nakajima-senpai yang...”
Prang~
Ryosuke dan Chinen kaget ketika mereka mendengar gelas pecah dari lantai atas. Mereka segera menoleh, dan ....
Suzuka sudah ada di tangga. Cukup lama untuk mendengar kenyataan pahit yang meluncur dari mulut Ryosuke. Suzuka jatuh terduduk. Ryosuke segera berlari meraihnya.
Nee-chan, kau mendengarnya,” Suzuka tetap terdiam. “Gomen~” Ryosuke memeluk Suzuka yang menangis perih dalam diam.
~(^,^)~
Tok~tok~tok~
Ryosuke mengetuk pintu kamar Suzuka beberapa kali. Tak ada jawaban. Terpaksa Ryosuke lancang masuk tanpa izin. Ditengoknya kamar yang sudah rapi itu. Suzuka tak ada disana. Ryosuke mengitarkan pandangannya dan matanya tertuju pada buku kecil merah jambu di atas meja belajar Suzuka. Sepertinya buku Diary. Dengan segan Ryosuke mengambil buku itu dan perlahan membukanya. Masih ada bolpoin di tengah-tengahnya. Ryosuke terhenyak membaca kalimat demi kalimat yang tertulis disana.
“Hhh~ tidak mungkin. Nee-chan. Tidaaaakkk. Itu tidak mungkin.” Ryosuke melemparkan buku itu dan segera berlari menyusul Suzuka.
Nee-chaaann~” teriak Ryosuke. Dia memeluk tubuh Suzuka dan menariknya dari atas jembatan. “Jangan lakukan itu, Nee-chan. Jangan. Onegai~” Ryosuke terisak. “Aku hanya punya kau di dunia ini. Jangan pergi tinggalkan aku, Nee-chan~” Ryosuke terus menangis sambil mendekap tubuh Suzuka yang lemah.
“Ryosuke~” bisik Suzuka pelan sekali sehingga Ryosuke hampir tak mendengarnya. “Moushiwake arimasen ne. Aku tidak mendengarkanmu dari awal,” sahutnya pelan. Sepertinya ia sudah menumpahkan semua isi kelenjar air matanya. Matanya basah sekali.
Ryosuke menggeleng cepat. “Tidak, Nee-chan. Ini bukan salahmu,”
“Jangan cegah aku untuk pergi, Ryosuke. Aku sudah tak pantas hidup lagi~” isaknya.
“Kau masih punya aku Nee-chan. Aku akan menjagamu, selalu menjagamu. Aku tidak akan membiarkan laki-laki yang tidak bertanggung jawab menyakitimu,”
“Tapi, kau akan malu, punya kakak yang hamil di luar nikah,”
Ryosuke menggeleng, “Tidak Nee-chan, apapun keadaanmu, kau tetap kakakku. Kita akan minta Nakajima-senpai untuk bertanggung jawab,”
“Dia tidak mungkin menikahiku dan perempuan itu, Ryo~. Dia harus memilih satu. Dan aku rasa aku harus mundur,”
Nee-chan mencintainya kan? Mencintainya? Nee-chan tidak boleh menyerah begitu saja. Kau harus pertahankan dia jika kau mencintainya,”
“Suzuka~” tiba-tiba sebuah suara berat datang dari belakang mereka.
Senpai,” Ryosuke beranjak menghampirinya. “Laki-laki macam apa kau?! Tega sekali...” Ryosuke hampir melayangkan pukulan lagi ke arah Yuto. Ingin sekali dia membunuh sosok di hadapannya itu. Tapi jika ia lakukan, itu hanya akan menambah derita Suzuka.
Yuto tak terlalu menggubris Ryosuke. Dengan dingin dia melewati anak yang tingginya tidak melebihi dirinya itu. Ryosuke memperhatikan Yuto menghampiri Suzuka, dan memeluknya.
“Suzuka, semuanya sudah terungkap, anak yang dikandung Eri bukan anakku. Kita akan menikah, kan? Aku mencintaimu,” bisik Yuto pelan. Suaranya terasa lembut di telinga Suzuka.
Suzuka tak mengucapkan sepatah katapun, ia hanya menangis.
Ryosuke tertegun melihat pemandangan di hadapannya.
Yah, setidaknya ia tahu, akhirnya Suzuka sudah menemukan jalan keluar untuk masalahnya.
Ryosuke akan selalu bahagia atas kebahagiaannya.

=The End=

Glosarium:
Nee-chan: Kakak perempuan
Tashikanii: tentu saja
Ohayou: selamat pagi
Ikou: ayo
Hai: Iya
Senpai: kakak kelas / senior
Baka: bodoh
Souka: begitu ya
Chan: akhiran di belakang nama untuk orang yang sudah akrab
Iie: tidak
Kaa-chan: ibu
Manga: komik
Tadaima: aku pulang
Sumimasen: maaf (sedikit lebih formal di atas Gomen)
Gomen: maaf
Daijoubu: Tidak apa-apa
Ja mata: Sampai jumpa
Arigatou: terimakasih
Un: Ya
Yamete: hentikan
Hontou ni: sungguh
Toshokan: perpustakaan
Daijoubu desuka: Apa kau baik-baik saja?
Hontou desuka: benarkah?
Onegai: kumohon
Moushiwake arimasen: bentuk paling formal untuk meminta maaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...