To make easy, Click the categories that you want to see^^

Jumat, 20 Juli 2012

[Fanfiction] Angel with(out) Wings~ [Chapter I] {IndonesianVersion}

Title                             : Angel with(out) Wings~
Categories                 : Multichapter
Genre                         : Fantasy – Romance – Friendship  
Rating                        : Teenager – PG-15
Theme song              : Angel comes to me – Yabu Kota [Hey! Say! JUMP], Angel's Wings - Westlife
Author                        : Rizuki Yamazaki Asy-Syauqie a.k.a Zakiyah
Cast[s]                        :

  1. Yamada Ryosuke [Hey! Say! JUMP]
  2. Hey! Say! JUMP members
  3. Shida Mirai
  4. Amakusa Ryuu (Original character)
  5. Dachi ( Original Character)
  6. Nyonya Lin ( Original character)
Disclaimer! : All casts are not mine. The story is mine.
WARNING!: this is just a story. A fantasy. An imagination. Dont bash me coz my story.
Synopsis/Quote: When a fairy flies down to the earth and falls in love...

<-->

Chapter One: You are punished!

#Author’s POV

=Suatu ketika di Kerajaan Langit=


“Yang Mulia Ratu, Ryo membuat ulah lagi,” keluh Chinen mengadu pada Yang Mulia Ratu.


“Ya ampun, apalagi yang dia perbuat?”


“Dia tidak ikut bekerja membersihkan istana, dia juga mengusili beberapa peri yang sedang bekerja,”


Yang Mulia Ratu hanya mengangguk-angguk mendengarkan pengaduan Chinen.


“Ahhh~ lepaskan... Lepaskan...” Ryo mengerang dan berusaha melepaskan diri dari pegangan Yuto dan Yabu.


“Yang Mulia Ratu, kami harap Yang Mulia Ratu bisa memberi anak ini hukuman, dia sudah keterlaluan,”


“Ihh~” Ryo masih mencoba menggeliat melepaskan diri.


“Biarkan kami bicara berdua,” ujar Yang Mulia Ratu dengan tegas namun tenang.


“Baik, Yang Mulia Ratu,” mereka pun segera keluar meninggalkan ruang Yang Mulia Ratu.


“Ryo, aku sudah sering mendengar keluhan tentang dirimu,”


Ryo tampak tidak terlalu memperhatikan perkataan Yang Mulia Ratu. Wajah apatisnya kumat.


“Ryo, jika kau begini terus, semua penghuni langit akan merasa tidak nyaman,”


Kali ini Ryo memandang ke arah Yang Mulia Ratu. “Ayolah, Yang Mulia Ratu... Kau tahu aku hanya bercanda,” ujar Ryo tenang sambil mengepak-ngepakkan sayapnya.


“Tugasmu disini bukan untuk bercanda, Ryo.”


“Tapi aku tidak suka bekerja. Itu membuatku lelah,”


“Seorang peri tidak diciptakan untuk bermalasan dan mengganggu yang lain. Aku terpaksa menghukummu, Ryo.”


“Eh?”


“Sebagai hukuman, Aku akan memberimu tugas. Jika kau berhasil menjalankannya, kau akan diampuni.”


“Hu.. hukuman?”


“Ya. Aku akan menurunkanmu ke bumi,”


“Eeehh? Tapi, bumi itu bukan tempatku, Yang Mulia Ratu...” Ryo mencoba protes.


“Kau akan diturunkan ke bumi selama satu bulan, dan kau akan bertugas sebagai peri penjaga,”


“Ayolahh,, Yang Mulia Ratu.... Kau tidak harus melakukan itu,”


“Temui gadis bernama Mirai, dan bantu dia dalam mengerjakan pekerjaannya,”


“T.. t.. tapi... tapi.. tapi...”


Blash!!


Belum sempat Ryo menyelesaikan proses tawar menawarnya, Yang Mulia Ratu sudah mengirimnya ke suatu tempat di bumi. Dalam waktu sepersekian detik, Ryo sudah berada di tempat lain yang asing baginya.

=Bumi=


“Eh, dimana aku?” Ryo mengitarkan pandangannya ke sekeliling. Dia seperti berada di suatu kamar kecil yang berdebu. Dia mengangkat telapak tangannya dan memperhatikan dengan seksama. Tidak bersinar. Ryo menengok ke punggungnya, tidak ada sayap. Hap! Hap! Ia melompat-lompat, mencoba terbang, tapi tak sampai dua kaki, seketika ia sudah mendarat lagi.


“Arrghh,, apa-apaan ini,” Ryo mengacak rambutnya kesal. Dia berjalan ke arah pintu, dan.. Dak! Ia terbentur. “Auww,, aku bahkan tidak bisa menembus pintu sekarang. Apa yang dilakukan Yang Mulia Ratu padaku?”


Ryo meraih knop pintu dan perlahan menarik pintu ke arah dalam. Perlahan-lahan pintu terbuka dan cahaya terang mulai masuk menyelinap dari celah pintu. Ryo membuka pintu lebih lebar. Ia melihat beberapa rumah di depan tempatnya berdiri sekarang. Di sampingnya juga banyak berderet rumah-rumah.  Sepertinya ini komplek perumahan. Bukan perumahan mewah, tampilannya sedikit kumuh. Sepertinya rumah kontrakan. Ryo masih mematung di depan pintu. Suasana sepi sekali, padahal ini sudah pagi.


Selamat pagi, sudah datang ya?” seorang wanita tua berambut putih menyapa Ryo.


“Ah.. Eh.. Selamat pagi,” Ryo menundukkan badannya. Dia tidak mengerti dengan yang dimaksud 'sudah datang' oleh wanita itu.


“Tetangga baru, kenalkan, aku Sayuri. Aku tinggal dengan cucuku, di rumah yang paling ujung itu,” wanita yang memperkenalkan diri sebagai Sayuri itu menunjuk ke ujung kanan. Ryo melongok ke arah rumah yang terlihat lebih bersih dari rumah-rumah yang lain. Tidak lebih bagus, tapi rumah itu terlihat lebih terawat.


“Ah, iya. Namaku Ryo,” Ryo mencoba tersenyum pada wanita itu. Nenek Sayuri membalas senyuman Ryo hingga matanya membentuk garis.


“Kau sudah menemui Nyonya Lin pemilik rumah?”


“Eh? Nyonya Lin? Belum,”


“Ah, temuilah. Dia ingin berbincang denganmu,”


Meskipun Ryo masih tidak mengerti dengan yang dibicarakan wanita itu, tapi dia mengangguk mengiyakan.


“Mari, saya permisi dulu. Kapan-kapan berkunjunglah ke rumah,” Nenek Sayuri menundukkan badan kemudian berbalik meninggalkan Ryo yang masih bertahan dengan kebingungannya.


Dengan cepat Ryo kembali masuk dan menutup pintu. Dia masih mematung dan matanya menyapu setiap sudut ruangan sempit itu. Ia berharap ia menemukan petunjuk yang ditinggalkan oleh Yang Mulia Ratu. Petunjuk agar ia tahu apa yang harus ia lakukan disini.


Ryo beranjak dan tangannya meraba-raba setiap inchi dinding kayu yang berdebu. Tidak ada yang berbeda. Itu hanya dinding kayu biasa. Ryo sedikit menekan dinding dengan kuat. Tidak bisa. Ia tetap tidak bisa menembus dinding itu.


Kini ia beralih ke lantai kayu. Ia membungkukkan badannya dan menempelkan  telinganya ke lantai. Lagi-lagi tidak ada yang aneh. Itu hanya lantai kayu biasa.


Kriett... Ada seseorang membuka pintu. Ryo masih di posisinya semula. Menempelkan telingannya ke lantai. Ia melongo menatap seseorang yang baru saja datang dan masuk tanpa permisi. Orang itu pun melongo melihat tingkah Ryo yang aneh. Mereka saling pandang selama beberapa detik.


“Sedang apa kau?” tanya orang itu.


“Eh,” Ryo segera bangkit dan berdiri. Ia menepuk-nepuk celana dan bajunya yang kotor terkena debu. “Seharusnya aku yang bertanya padamu. Sedang apa kau disini? Kenapa masuk seenaknya ke rumah orang?”


“Rumahmu?”


“Ya,” Ryo menatap dingin pada laki-laki di hadapannya.


“Ini kan rumah Ryuu,”


“Hee? Siapa Ryuu?”


“Ryuu, temanku, dia bilang dia pindah kesini,”


“Aku tidak tahu, tapi ini rumahku. Tanya saja pada Sayuri-san,”


“Benarkah? Jadi aku salah masuk ya?”


“Begitulah,” jawab Ryo datar.


“Tapi aku yakin, kemarin Ryuu bilang dia pindah ke sini,” anak itu mengerutkan dahi sambil mengelus-elus dagunya – berpikir.


“Ya sudah, sekarang keluar,” ujar Ryo kasar.


“Eh? Iya,iya...”


Ketika anak itu hendak melangkah ke luar, tiba-tiba seorang anak laki-laki yang lain datang.


“Daichi, kau sudah sampai duluan sebelum aku sampai, ya?”


“Eh?” Ryo semakin dibuat bingung.


“Ryuu, apa benar ini rumah yang akan kau sewa?”


“Iya, tentu saja. Pintunya tidak dikunci, ya? Sepertinya Nyonya Lin sengaja agar aku gampang memasukkan barang-barangku,”


“Tapi, Ryuu... Rumah yang ini sudah ada yang menempati,”


“Hah? Tidak mungkin, Nyonya Lin bilang rumah yang ini masih kosong,”


“Itu, di dalam sana ada orang yang mengaku penghuni rumah ini,” Daichi menunjuk ke arah Ryo.


“Masa?” Ryuu menelusup masuk. Dia mendapati Ryo yang masih berdiri mematung dengan ekspresi wajah kebingungan.


“Siapa kau?”


“Ryo,”


“Sedang apa kau disini?”


“Ini rumahku, mungkin...” Ryo sedikit menurunkan nada bicaranya di kata terakhir hingga hampir berbisik.


“Apa maksudmu? Aku sudah menyewa rumah ini lebih dulu,”


“Eh? Aku.. aku..” apa daya, Ryo tidak dapat melakukan pembelaan karena sebenarnya ia juga tidak tahu kenapa ia berada disana.


“Mungkin aku salah masuk rumah,” akhirnya Ryo mengalah. “Tapi, lalu, rumahku dimana?”


Mana aku tahu, temui saja Nyonya Lin. Eh, tapi seingatku, hanya rumah ini yang masih kosong,”


“Haa?”


“Daichi, ayo bantu aku mengangkat kotak kardus itu,”


“Baik,”


Sementara Ryuu dan Daichi sedang sibuk membereskan barang-barang dan membersihkan debu-debu yang menempel di lantai dan dinding, Ryo masih sibuk berpikir apa gerangan sebenarnya yang sedang Yang Mulia Ratu rencanakan.


“Hei, daripada kau bengong disitu, lebih baik bantu kami membersihkan tempat ini,” ujar Ryuu tiba-tiba, mengagetkan Ryo dari lamunannya.


“Hah? Kenapa menyuruhku? Katamu ini bukan rumahku, kan?”


“Hanya membantu saja tidak mau. Dasar,” gerutu Ryuu.


“Dimana aku bisa menemui Nyonya Lin?” tanya Ryo.


“Cari saja sendiri,” jawab Ryuu tanpa menatap Ryo, ia terus membersihkan debu yang menempel di dinding.


“Eh, apa maksudmu?”


“Kau juga tidak mau membantu kami,”


“Ahh,, ya sudah, akan kucari sendiri,” Ryo melangkah ke luar, tapi terhenti di depan pintu. Ia menengok ke kiri dan ke kanan. Mencoba berpikir kemana ia harus melangkah selanjutnya. Akhirnya ia memutuskan untuk melangkahkan kaki ke kanan. Baru saja ia mengayunkan tiga langkah, kakinya sudah terhenti lagi karena seorang gadis sudah berdiri di depannya. Mereka saling berpandangan selama beberapa detik.


“Eh? Apa?” tanya Ryo ketus.


“Tidak. Permisi,” gadis itu menggeleng, kemudian berjalan melewati Ryo.


“Eeh, tunggu...”


Teriakan Ryo berhasil membuat gadis itu menghentikan langkahnya lagi, “Ada apa?”


“Dimana rumah Nyonya Lin?”


Alih-alih menjawab pertanyaan Ryo, ia malah menatap tajam pada Ryo, “Apa kau Amakusa Ryuu?”


“Eh? Bukan. Aku Yamada Ryosuke,”


“Oh,” jawab gadis itu singkat.


“Hei, jawab pertanyaanku, dimana rumah Nyonya Lin?”


“Oh, iya. Itu disana,” gadis itu menunjuk ke arah rumah yang bergaya tradisional Jepang, lebih besar dari rumah-rumah lain yang berderet di sepanjang komplek itu.


“Ah, disitu ya. Bisa antar aku ke sana?”


“Apa? Eh, tapi aku harus bekerja, aku sudah hampir telat,”


“Hah, ya sudah,”


“Aku antarkan sebentar menemui Nyonya Lin,” ujar gadis itu.


‘Eh?”


“Ayo cepat,”


“I.. iya,” Ryo pun mengekor gadis itu menuju rumah Nyonya Lin.


Tok! Tok! Tok!


Tak lama sang pemilik rumah membukakan pintu.


“Selamat pagi, Nyonya Lin,” sapa gadis itu.


“Ah, Mirai. Selamat pagi,” wanita separuh baya itu menyunggingkan senyumnya ramah.


Eh, Mirai?” Ryo berbisik dalam hati. “Jadi nama gadis ini Mirai? Bukankah Yang Mulia Ratu menyuruhku untuk menemui gadis bernama Mirai? Jadi...??

<-->

To be Continued...

5 komentar:

  1. wah lucu ceritanya, tapi kk mau nanya,

    ini yamada, ryu amakusa, daichi, mukanya gimana?
    kalo yamada kayak yamada kan.

    kalo ryu amakusa(tantei gakuen q) ama daichi (risou no musuko)?

    kk mikir kalo mereka bertiga bersetatapan gitu. ahahhahha bad imagination

    BalasHapus
    Balasan
    1. ehehe~ makasih kak :)

      haha~ kk org kedua yg nanya tampakan Ryuu dan Daichi.. xD

      Itu refleks aja ngasih nama soalnya..
      Tadinya aku bayangin wajah Yamachan pas lgi meranin tokoh itu *kan wajahnya lumayan beda2 XD*
      tapi aku jadi bingung juga, akhirnya suka salah nulis, ketuker Ryuu sma Ryo xD

      Bayangkan Daichi itu Nakajima Kento, dan Ryuu itu Kamiki Ryunosuke ^^d

      Hapus
    2. ahaha gak mau ah, tetap mau amakusa ama daichi di dorama ^^

      gila yamachan

      Hapus
    3. ahaha~ ya udah, bayangkan mereka aja.. author nya juga sama, kebayang Daichi sama Ryuu - nya Yamachan..

      #terlanjur cinta <3 ^^

      Hapus
    4. ya udah, bayangkan mereka aja, kak xD

      authornya juga masih tetep bayangin Daichi ama Ryuu-nya Yamachan

      #udah terlanjur cinta <3 ^^

      Hapus

Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...