To make easy, Click the categories that you want to see^^

Senin, 28 Mei 2012

[Fanfiction] My life, My way...*Part X* {Indonesian Language}


Title         : My life, My way...[Part X]
Categories    : Multichapter
Genre         :
Family – Angst
Rating        : (Maybe) G
Theme song    :
Numb (normal, instrumen, and piano version) – Linkin Park
Author        : Rizuki Yamazaki a.k.a Zakiyah
Cast[s]       :
  1. Yamada Ryosuke [Hey!Say!JUMP]
  2. Nakayama Yuma [NYC] (as Yamada Yuma)
  3. Yamada Umi (OC) – Yamada’s mother
  4. Yamada Touya (OC) – Yamada’s father
  5. Mukai Osamu
Disclaimer!:Yamada Umi dan Yamada Touya adalah tokoh fiktif, selebihnya, all Casts adalah tokoh idola yang sudah terkenal dan saya pinjam untuk memerankan fanfic saya [Meski tanpa izin. LOL]. Ide cerita hanyalah fiktif/khayalan author belaka. Jika terdapat kesaaman latar, waktu maupun jalan cerita, maka itu merupakan ketidaksengajaan [Banyak orang di dunia ini yang memiliki cerita yang sama] . Alasan lain, author [mungkin] memang [sengaja] mengambil sedikit inspirasi dari cerita anda [lol]. Terakhir, jika anda menemukan ketidakjelasan di awal, di tengah, atau di akhir cerita [singkatnya: kalo ceritanya gaje], itu hanya salah satu aspek ke’amatir’an author [mafhum, masih belajar].
After all, happy reading, minna [guys]! ^^

***

Kaa-chan dan Tou-chan masih belum kembali. Dan Nii-chan masih belum sadarkan diri.
Hhh.. Sekali lagi aku merasa tak berguna. Aku tak dapat melakukan apa-apa untuk menolong Nii-chan, Kaa-chan, atau Tou-chan. Tidak ada.
Aku melipat kedua tangan dan membenamkan wajahku di samping tubuh Nii-chan.
Aku menangis, lagi. Bukan karena aku Nii-chan seperti ini, tapi aku juga tak bisa berbuat sesuatu agar Nii-chan menjadi lebih baik. Tiba-tiba ada yang menyentuh kepalaku. Aku segera mengangkat kepala.
“Nii-chaan...”
Tangan Nii-chan meraba wajahku. “Yama-chan...” suaranya lemah sekali.
“Iya... Nii-chan, tidak apa-apa?”tanyaku kahawatir.
Ia menggeleng pelan. “Daijoubu, Nii-chan baik-baik saja.”Sekarang tangannya menggenggam tanganku. “Bagaimana pertandinganmu? Kau pasti juara, kan?”
“Itu... Iya..”
“Bagus.. Kau memang hebat, Yama-chan...”Nii-chan mengacungkan ibu jarinya.
“Arigatou..” suaraku tersendat.
“Yama-chan...”
“Hai..”
“Aku, min..ta ma..af...”Nii-chan bicara terputus-putus dan sangat pelan. Aku sedih melihatnya.
Aku menggeleng. “Tidak perlu minta maaf. Aku yang minta maaf.”
Nii-chan tersenyum. “Yama-chan, aku tidak yakin operasi nanti akan menyelamatkanku.”
Bibirku bergetar, berusaha menahan laju air mataku dan berusaha terlihat kuat. Nii-chan saja bisa tersenyum, kenapa aku menangis. “Nii-chan...”
“Aku akan berusaha untuk sembuh, tapi aku harus siap untuk kemungkinan terburuk. Yama-chan, berjanjilah, kau akan terus bermain basket dan menjadi juara dunia. Teruskan cita-cita yang tidak bisa aku dapatkan. Yama-chan, Ganbatte (bersemangat)..”
Aku mengangguk sambil terus menahan airmata.
“Aku percaya, suatu saat Kaa-chan dan Tou-chan akan tahu bahwa itulah jalan hidupmu. Seorang juara tidak akan menyerah ketika ada rintangan di hadapannya, kan? Lihatlah aku ini, aku seperti pecundang. Aku seorang dokter tapi aku bahkan tak bisa menyelamatkan nyawaku sendiri. Kini aku terbaring lemah menjadi seorang pasien..”
“Nii-chan..”
***

Sore itu Nii-chan menjalani operasi. Aku memilih untuk menunggu di Rumah Sakit meski Kaa-chan dan Tou-chan menyuruhku untuk pulang saja.
Tidak, aku ingin bersama Nii-chan. Nii-chan adalah satu-satunya orang yang mengakuiku di keluarga ini.

Tik..tik..tik...

Waktu terus berjalan. Operasi itu berlangsung cukup lama. Aku mulai khawatir. Ya Tuhan, berikan keajaiban-Mu, selamatkan Nii-chan.
Aku duduk di hadapan Kaa-chan dan Tou-chan. Tidak ada perbincangan sama sekali. Sesekali aku melirik mereka. Wajah Kaa-chan sangat menampakkan kekhawatiran. Tiba-tiba satu pertanyaan gila melintas di benakku, ‘kalau aku yang sakit, apa Kaa-chan dan Tou-chan akan sekhawatir ini?’. Hah, cepat-cepat aku menepis bisikan jahat itu. 

Kriett.. 

Pintu ruang operasi terbuka. Kaa-chan dan Tou-chan segera menghampiri dokter yang baru keluar dari ruangan itu. Aku berdiri dari tempat duduk, hendak melangkahkan kaki mendekati mereka tapi segera kuurungkan niatku.
“Bagaimana, Mukai-san?”
Dokter yang dipanggil Mukai-san itu terdiam. Ia menurunkan letak masker yang menutupi setengah wajahnya.
“Oyurushi kudasai (mohon maaf), Yamada-san.” nada bicara dokter itu terdengar tidak meyakinkan.
“Apa maksudmu? Jangan bercanda”
“Anda tahu kami sudah berusaha, Yamada-san.. Tapi Yuma-san tidak mampu bertahan.”sekarang Mukai-san terdengar sangat menyesal. “Hontou ni gomen nasai (benar-benar minta maaf)..” ia membungkukkan badannya 90 derajat.
Aku sering mendengar dokter yang berbicara seperti itu. Ketika pasien yang dioperasinya tidak bisa diselamatkan.
Tangis Kaa-chan pecah. Sementara aku langsung membalikkan badan, tak ingin mereka melihatku ikut menangis.

=To be Continued=
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...