Title : My life, My way...[Part X]
Categories : Multichapter
Genre : Family – Angst
Rating : (Maybe) G
Theme song : Numb (normal, instrumen, and piano version) – Linkin Park
Author : Rizuki Yamazaki a.k.a Zakiyah
Cast[s] :
Categories : Multichapter
Genre : Family – Angst
Rating : (Maybe) G
Theme song : Numb (normal, instrumen, and piano version) – Linkin Park
Author : Rizuki Yamazaki a.k.a Zakiyah
Cast[s] :
- Yamada Ryosuke [Hey!Say!JUMP]
- Nakayama Yuma [NYC] (as Yamada Yuma)
- Yamada Umi (OC) – Yamada’s mother
- Yamada Touya (OC) – Yamada’s father
- Mukai Osamu
Disclaimer!:Yamada
Umi dan Yamada Touya adalah tokoh fiktif, selebihnya, all Casts adalah tokoh
idola yang sudah terkenal dan saya pinjam untuk memerankan fanfic saya [Meski
tanpa izin. LOL]. Ide cerita hanyalah fiktif/khayalan author belaka. Jika
terdapat kesaaman latar, waktu maupun jalan cerita, maka itu merupakan
ketidaksengajaan [Banyak orang di dunia ini yang memiliki cerita yang sama] .
Alasan lain, author [mungkin] memang [sengaja] mengambil sedikit inspirasi dari
cerita anda [lol]. Terakhir, jika anda menemukan ketidakjelasan di awal, di
tengah, atau di akhir cerita [singkatnya: kalo ceritanya gaje], itu hanya salah
satu aspek ke’amatir’an author [mafhum, masih belajar].
After all, happy reading,
minna [guys]! ^^
***
Kaa-chan dan Tou-chan masih
belum kembali. Dan Nii-chan masih belum sadarkan diri.
Hhh.. Sekali lagi aku merasa
tak berguna. Aku tak dapat melakukan apa-apa untuk menolong Nii-chan, Kaa-chan,
atau Tou-chan. Tidak ada.
Aku melipat kedua tangan
dan membenamkan wajahku di samping tubuh Nii-chan.
Aku menangis, lagi. Bukan
karena aku Nii-chan seperti ini, tapi aku juga tak bisa berbuat sesuatu agar
Nii-chan menjadi lebih baik. Tiba-tiba ada yang menyentuh kepalaku. Aku segera
mengangkat kepala.
“Nii-chaan...”
Tangan Nii-chan meraba
wajahku. “Yama-chan...” suaranya lemah sekali.
“Iya... Nii-chan, tidak
apa-apa?”tanyaku kahawatir.
Ia menggeleng pelan. “Daijoubu,
Nii-chan baik-baik saja.”Sekarang tangannya menggenggam tanganku. “Bagaimana
pertandinganmu? Kau pasti juara, kan?”
“Itu... Iya..”
“Bagus.. Kau memang hebat,
Yama-chan...”Nii-chan mengacungkan ibu jarinya.
“Arigatou..” suaraku
tersendat.
“Yama-chan...”
“Hai..”
“Aku, min..ta ma..af...”Nii-chan
bicara terputus-putus dan sangat pelan. Aku sedih melihatnya.
Aku menggeleng. “Tidak
perlu minta maaf. Aku yang minta maaf.”
Nii-chan tersenyum. “Yama-chan,
aku tidak yakin operasi nanti akan menyelamatkanku.”
Bibirku bergetar, berusaha
menahan laju air mataku dan berusaha terlihat kuat. Nii-chan saja bisa
tersenyum, kenapa aku menangis. “Nii-chan...”
“Aku akan berusaha untuk
sembuh, tapi aku harus siap untuk kemungkinan terburuk. Yama-chan, berjanjilah,
kau akan terus bermain basket dan menjadi juara dunia. Teruskan cita-cita yang
tidak bisa aku dapatkan. Yama-chan, Ganbatte (bersemangat)..”
Aku mengangguk sambil terus
menahan airmata.
“Aku percaya, suatu saat
Kaa-chan dan Tou-chan akan tahu bahwa itulah jalan hidupmu. Seorang juara tidak
akan menyerah ketika ada rintangan di hadapannya, kan? Lihatlah aku ini, aku
seperti pecundang. Aku seorang dokter tapi aku bahkan tak bisa menyelamatkan
nyawaku sendiri. Kini aku terbaring lemah menjadi seorang pasien..”
“Nii-chan..”
***
Sore itu Nii-chan menjalani
operasi. Aku memilih untuk menunggu di Rumah Sakit meski Kaa-chan dan Tou-chan
menyuruhku untuk pulang saja.
Tidak, aku ingin bersama
Nii-chan. Nii-chan adalah satu-satunya orang yang mengakuiku di keluarga ini.
Tik..tik..tik...
Waktu terus berjalan. Operasi
itu berlangsung cukup lama. Aku mulai khawatir. Ya Tuhan, berikan keajaiban-Mu,
selamatkan Nii-chan.
Aku duduk di hadapan
Kaa-chan dan Tou-chan. Tidak ada perbincangan sama sekali. Sesekali aku melirik
mereka. Wajah Kaa-chan sangat menampakkan kekhawatiran. Tiba-tiba satu
pertanyaan gila melintas di benakku, ‘kalau aku yang sakit, apa Kaa-chan dan
Tou-chan akan sekhawatir ini?’. Hah, cepat-cepat aku menepis bisikan jahat itu.
Kriett..
Pintu ruang operasi terbuka.
Kaa-chan dan Tou-chan segera menghampiri dokter yang baru keluar dari ruangan
itu. Aku berdiri dari tempat duduk, hendak melangkahkan kaki mendekati mereka
tapi segera kuurungkan niatku.
“Bagaimana, Mukai-san?”
Dokter yang dipanggil
Mukai-san itu terdiam. Ia menurunkan letak masker yang menutupi setengah
wajahnya.
“Oyurushi kudasai (mohon
maaf), Yamada-san.” nada bicara dokter itu terdengar tidak meyakinkan.
“Apa maksudmu? Jangan
bercanda”
“Anda tahu kami sudah
berusaha, Yamada-san.. Tapi Yuma-san tidak mampu bertahan.”sekarang Mukai-san
terdengar sangat menyesal. “Hontou ni gomen nasai (benar-benar minta maaf)..”
ia membungkukkan badannya 90 derajat.
Aku sering mendengar dokter
yang berbicara seperti itu. Ketika pasien yang dioperasinya tidak bisa
diselamatkan.
Tangis Kaa-chan pecah. Sementara
aku langsung membalikkan badan, tak ingin mereka melihatku ikut menangis.
=To be Continued=
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d