To make easy, Click the categories that you want to see^^

Minggu, 08 Juli 2012

[ShortStory] Menjemput Rinduku {IndonesianLanguage}

"Menjemput Rinduku"
Author            : Zakiyah (Asy-Syauqie RY)
Theme song    : Edcoustic – Muhasabah Cinta
Prolog             : Cerpen ini saya buat sekitar sebulan yang lalu. Niatnya mau dikirim buat lomba, tapi waktu itu saya stuck idea dan cerpen ini baru bisa selesai sekarang. Jadi saya kasih tema aja, Cerpen Special Menyambut Bulan Suci Ramadhan :D . Walaupun masih sangat gaje alias gak jelas awal nya tengah nya dan ending nya, tapi inilah hasil karya amatiran saya. Yang penting bagi saya kan, Practice makes Perfect ^^ iya kan, ya? ^^
Mohon maaf dan terimakasih... Selamat membaca~ ^^

********
Satu tahun yang lalu, aku mendapat kabar yang mengagetkan. Kabar yang mengubah hidupku. Sesuatu yang sama sekali tak penah terbersit di benakku. Aku tak percaya ini akan terjadi padaku. Sama sekali tidak percaya.
Dulu, aku sering merasakan sakit kepala yang begitu mengganggu. Semakin hari sakitku semakin tak tertahankan, kadang aku juga merasa limbung ketika berjalan. Aku selalu melihat orang-orang di depanku seakan berputar-putar. Mataku berkunang-kunang, dan tubuhku gemetar. Suatu ketika, aku putuskan untuk menemui dokter di suatu rumah sakit di kotaku. Tentunya tanpa sepengetahuan siapapun.  
Kanker otak! Itulah hasil analisa dokter.
Penyakit itulah yang membuat aku hari ini terbaring di rumah sakit.
Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur. Tapi seingatku, aku tak pernah sadarkan diri lagi semenjak aku pingsan di kamarku malam itu.
       Aku kini terbaring lemah dengan selang-selang yang menjadi kunci kehidupanku. Oksigen yang dipasang itulah yang membuatku masih bisa bertahan. Berbotol-botol cairan infus telah menyusup lembut ke dalam nadiku. Aku tak merasakan tubuhku ada. Aku seperti melayang saja. Aku pun tak mendengar suara orang-orang di sekitarku. Sedang apa mereka? Apakah mereka menangis?
Aku ingin sekali membuka mata. Beranjak dari tempat tidur dan segera beraktivitas seperti biasa. Aku rindu saat-saat itu. Saat aku masih bisa berkumpul dengan keluarga dan teman-temanku. Saat aku masih mempunyai kekuatan untuk berlari. Untuk tertawa. Tapi kini, itu semua seakan hanya angan-anganku saja. Penyakit ini telah merenggut semuanya. Bahkan cita-citaku pun belum sempat kuwujudkan. Yaa Rabb, aku menyadari bahwa ini semua dari-Mu. Sehingga aku hanya mencoba pasrah, setelah usaha-usaha yang aku lakukan untuk memperpanjang umurku tidak berhasil.
Sejak kecil aku diberitahu, bahwa setiap makhluk yang hidup yang pernah terlahir, pasti akan menemui ajalnya suatu saat nanti. Namun, apakah ini saatnya ajal itu kutemui? Apakah sebentar lagi Kau akan mengutus Izrail untuk menjemputku? Oh, Tuhan... Aku tak yakin bekal yang kubawa ini cukup untuk menebus kenikmatan syurga-Mu.
Tuhan.... Apa Engkau tidak akan memberiku satu kesempatan untuk bangun sebentar saja. Aku ingin berpamitan pada Ibu, Bapak, semua keluarga dan teman-temanku. Aku tahu tubuh ini sudah tak bisa berdaya lagi. Tapi aku tak ingin egois. Aku datang menemui-Mu dan melepaskan rinduku pada-Mu, dengan meninggalkan mereka tanpa sepatah kata. Lihat, Tuhan... Ibuku menggenggam tanganku lagi. Air matanya meleleh di sela-sela jariku. Aku janji, setelah aku mengucapkan selamat tinggal pada semuanya, aku akan mengikuti apapun yang Engkau rencanakan.
Kini, aku merasakan kerinduan lain. Kerinduan pada Sang Maha Cintaku. Kerinduan pada-Nya, Zat yang Mahakuasa. Setelah semua sakit yang aku rasakan ini, aku rasa sudah seharusnya aku bersegera menemui Tuhanku. Aku terkadang berpikir, apa mungkin Allah juga begitu merindukanku sehingga Ia menginginkanku untuk pergi dari dunia fana ini begitu cepat? Pertanyaan bodoh! Hanya Dia saja yang mengetahui alasan memberikan penyakit ini padaku.
Tiba-tiba ada cahaya yang begitu menyilaukan mataku. Aku belum sempat membuka mata tapi cahaya itu begitu jelas menyinari tubuhku. Semakin jelas dan semakin mendekat. Aku merasakan tubuhku memanas, kemudian dingin.
Laa ilaaha illallah...
Sesaat kurasakan sakit yang amat sangat. Aku pikir itu kesakitanku yang terakhir. Setelah itu, aku melihat jasadku masih terbaring lemas di atas tempat tidur.
Sepertinya orang-orang di ruangan itu menangis ketika melihat garis lurus horizontal muncul di mesin pendeteksi denyut jantung.  
“Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku,
Ampuni khilaf dan salah selama ini Yaa Ilahi,
Jika ku harus mati, pertemukan aku dengan-Mu...”
=Selesai=
Bandung, Juli 2012         

   

2 komentar:

Please leave your comment, minna san... I really appreciate your respect ^^d
Tinggalkan komentar, jangan datang dan pergi tanpa jejak ^^d

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...