"Menjemput
Rinduku"
Author : Zakiyah (Asy-Syauqie RY)
Theme song : Edcoustic – Muhasabah Cinta
Prolog : Cerpen ini saya buat sekitar sebulan yang lalu. Niatnya mau dikirim buat lomba, tapi waktu itu saya stuck idea dan cerpen ini baru bisa selesai sekarang. Jadi saya kasih tema aja, Cerpen Special Menyambut Bulan Suci Ramadhan :D . Walaupun masih sangat gaje alias gak jelas awal nya tengah nya dan ending nya, tapi inilah hasil karya amatiran saya. Yang penting bagi saya kan, Practice makes Perfect ^^ iya kan, ya? ^^
Mohon maaf dan terimakasih... Selamat membaca~ ^^
********
Satu tahun yang lalu, aku mendapat
kabar yang mengagetkan. Kabar yang mengubah hidupku. Sesuatu yang sama sekali
tak penah terbersit di benakku. Aku tak percaya ini akan terjadi padaku. Sama
sekali tidak percaya.
Dulu, aku sering merasakan sakit
kepala yang begitu mengganggu. Semakin hari sakitku semakin tak tertahankan,
kadang aku juga merasa limbung ketika berjalan. Aku selalu melihat orang-orang
di depanku seakan berputar-putar. Mataku berkunang-kunang, dan tubuhku gemetar.
Suatu ketika, aku putuskan untuk menemui dokter di suatu rumah sakit di kotaku.
Tentunya tanpa sepengetahuan siapapun.
Kanker otak! Itulah hasil analisa
dokter.
Penyakit itulah yang membuat aku
hari ini terbaring di rumah sakit.
Aku tidak tahu sudah berapa lama aku
tertidur. Tapi seingatku, aku tak pernah sadarkan diri lagi semenjak aku pingsan
di kamarku malam itu.
Aku kini terbaring lemah dengan selang-selang yang
menjadi kunci kehidupanku. Oksigen yang dipasang itulah yang membuatku masih
bisa bertahan. Berbotol-botol cairan infus telah menyusup lembut ke dalam
nadiku. Aku tak merasakan tubuhku ada. Aku seperti melayang saja. Aku pun tak
mendengar suara orang-orang di sekitarku. Sedang apa mereka? Apakah mereka
menangis?
Aku ingin sekali membuka mata. Beranjak
dari tempat tidur dan segera beraktivitas seperti biasa. Aku rindu saat-saat itu.
Saat aku masih bisa berkumpul dengan keluarga dan teman-temanku. Saat aku masih
mempunyai kekuatan untuk berlari. Untuk tertawa. Tapi kini, itu semua seakan hanya
angan-anganku saja. Penyakit ini telah merenggut semuanya. Bahkan cita-citaku pun
belum sempat kuwujudkan. Yaa Rabb, aku menyadari bahwa ini semua dari-Mu.
Sehingga aku hanya mencoba pasrah, setelah usaha-usaha yang aku lakukan untuk
memperpanjang umurku tidak berhasil.
Sejak kecil aku diberitahu, bahwa setiap
makhluk yang hidup yang pernah terlahir, pasti akan menemui ajalnya suatu saat
nanti. Namun, apakah ini saatnya ajal itu kutemui? Apakah sebentar lagi Kau
akan mengutus Izrail untuk menjemputku? Oh, Tuhan... Aku tak yakin bekal yang
kubawa ini cukup untuk menebus kenikmatan syurga-Mu.
Tuhan.... Apa Engkau tidak akan
memberiku satu kesempatan untuk bangun sebentar saja. Aku ingin berpamitan pada
Ibu, Bapak, semua keluarga dan teman-temanku. Aku tahu tubuh ini sudah tak bisa
berdaya lagi. Tapi aku tak ingin egois. Aku datang menemui-Mu dan melepaskan
rinduku pada-Mu, dengan meninggalkan mereka tanpa sepatah kata. Lihat, Tuhan...
Ibuku menggenggam tanganku lagi. Air matanya meleleh di sela-sela jariku. Aku
janji, setelah aku mengucapkan selamat tinggal pada semuanya, aku akan
mengikuti apapun yang Engkau rencanakan.
Kini, aku merasakan kerinduan lain.
Kerinduan pada Sang Maha Cintaku. Kerinduan pada-Nya, Zat yang Mahakuasa.
Setelah semua sakit yang aku rasakan ini, aku rasa sudah seharusnya aku
bersegera menemui Tuhanku. Aku terkadang berpikir, apa mungkin Allah juga
begitu merindukanku sehingga Ia menginginkanku untuk pergi dari dunia fana ini
begitu cepat? Pertanyaan bodoh! Hanya Dia saja yang mengetahui alasan
memberikan penyakit ini padaku.
Tiba-tiba ada cahaya yang begitu
menyilaukan mataku. Aku belum sempat membuka mata tapi cahaya itu begitu jelas menyinari
tubuhku. Semakin jelas dan semakin mendekat. Aku merasakan tubuhku memanas,
kemudian dingin.
“Laa ilaaha illallah...”
Sesaat kurasakan sakit yang amat
sangat. Aku pikir itu kesakitanku yang terakhir. Setelah itu, aku melihat
jasadku masih terbaring lemas di atas tempat tidur.
Sepertinya orang-orang di ruangan
itu menangis ketika melihat garis lurus horizontal muncul di mesin pendeteksi denyut
jantung.
“Sakit
yang kurasa biar jadi penawar dosaku,
Ampuni
khilaf dan salah selama ini Yaa Ilahi,
Jika
ku harus mati, pertemukan aku dengan-Mu...”
=Selesai=
Bandung, Juli 2012
nice nice nice jadi insyaf nih...
BalasHapusHehe~ makasih kak ^^
Hapusmudah2an bermanfaat ya :)